Doa ‘Salam Maria’ adalah doa yang dikenal sebagai doa
penghormatan Gereja kepada Bunda Maria. Berikut ini adalah sekilas asal
usul doa Salam Maria, yang mengambil sumber utama dari link ini, silakan klik:
Umumnya doa ini dijabarkan sebagai doa yang terdiri dari tiga bagian:
Namun walaupun bagian ketiga ini dikatakan sebagai ‘doa Gereja’ oleh
Katekismus Konsili Trente di abad ke-16, permohonan Gereja terhadap
bantuan/ perlindungan Bunda Maria, itu bukan baru muncul di abad ke-16.
Doa Gereja di abad awal, yang dikenal dengan doa Sub Tuum Praesidium,
berbunyi, “Di bawah belas kasihanmu kami berlindung, O Bunda Tuhan.
Jangan menolak permohonan kami dalam kesesakan, tetapi bebaskanlah kami
dari mara bahaya, [o engkau]yang suci dan terberkati.” (Sub Tuum Praesidium, dari Rylands Papyrus, Mesir, abad ke- 2 atau 3).
Memang, penyusunan doa Salam Maria ini memiliki kisahnya tersendiri. Kata, “Salam Maria, penuh rahmat” (Ave Maria, gratia plena) itu mengacu kepada Kitab Suci terjemahan Vulgata, yang menerjemahkan secara literal, kata Yunani, chaire kecharitomene, yang sekilas sudah pernah dibahas di sini, silakan klik. Kata, “Salam Maria, penuh rahmat” ini telah dipergunakan oleh para Bapa Gereja sebagai ungkapan penghormatan kepada Bunda Maria. Di abad ke-7, St. Gregorius telah memasukkan ungkapan doa “Salam Maria” ini dalam Liber Antiphonarious, sebagai frasa dalam doa persembahan, dalam teks Misa Minggu keempat Masa Adven. Seabad kemudian, frasa “Salam Maria” ini tercatat sebagai bagian dalam tulisan pengajaran St. Andreas dari Kreta dan St. Yohanes Damaskinus (abad ke 8).
Namun demikian, “Salam Maria” sebagai rumusan doa devosi belum jelas ditemukan sebelum tahun 1050. Dua buah manuskrip tua Anglo-Saxon di British Museum, yang salah satunya berasal dari tahun 1030, menunjukkan bahwa kata, “Salam Maria…. terpujilah engkau di antara wanita dan terpujilah buah tubuhmu” itu tertulis berulang-ulang dalam sebuah doa penghormatan kepada Bunda Maria.
Tahun 1184, Uskup Agung Canterbury, Abbot Baldwin, menulis:
Doa Salam Maria ini kemudian dikenal sebagai doa-doa yang umum didoakan oleh para orang kudus (Santo dan Santa), seperti St. Aybert, St. Louis dari Perancis, St. Margaret, St. Dominic dan doa di biara-biara, sebagai doa ungkapan pertobatan. Doa ini umum diulangi, sampai puluhan kali, 50 atau bahkan 150 kali, mengikuti pola pengulangan doa “Kudus, kudus, kudus” yang terus diulangi tanpa putusnya di hadapan tahta Allah yang Maha Tinggi.
Di zaman St. Louis, doa “Salam Maria” berakhir dengan “… terpujilah buah tubuhmu”. Penambahan “Yesus” sesudah frasa itu umumnya dikenal dari abad 15, menurut anjuran Paus Urban IV (1261) dan Paus Yohanes XXII (1316-1344). Teks doa Salam Maria seperti yang kita ketahui sekarang, tercatat sebagai bagian depan salah satu karya Girolamo Savonarola, di tahun 1495. Savonarola adalah seorang biarawan, yang dikenal sebagai reformer ordo Dominikan. Dua tahun sebelumnya, frasa “Santa Maria, Bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa ini. Amin,” tercatat dalam Calendar of Shepherds, edisi bahasa Perancis. Namun penerimaan resmi teks doa Salam Maria selengkapnya, meskipun sudah disebutkan dalam Katekismus Konsili Trente, baru akhirnya dinyatakan dalam Roman Breviary tahun 1568.
Umumnya doa ini dijabarkan sebagai doa yang terdiri dari tiga bagian:
1) “Salam Maria, penuh rahmat, Tuhan
sertamu…..” merupakan kutipan perkataan Malaikat Gabriel ketika
mengunjungi Perawan Maria (lih. Luk 1:28).
2) “Terpujilah Engkau di antara wanita
dan terpujilah buah tubuhmu (Yesus)”, diambil dari salam Elisabet kepada
Perawan Maria ketika Maria datang mengunjunginya (lih. Luk 1:42)
3) “Santa Maria, Bunda Allah, doakanlah
kami yang berdosa ini, sekarang dan waktu kami mati. Amin”, dinyatakan
oleh Katekismus Konsili Trente, sebagai doa yang disusun oleh Gereja.
Katekismus tersebut menyatakan, “Adalah sangat tepat, bahwa Gereja Tuhan
yang kudus menambahkan kepada ucapan syukur ini, permohonan kepada
Bunda Allah yang kudus untuk mendoakan kita, dan dengan demikian supaya
kita memohon bantuan kepadanya agar oleh doa-doa syafaatnya, ia
mengusahakan persahabatan antara Allah dan kita manusia, dan memperoleh
bagi kita, berkat yang kita butuhkan untuk hidup sekarang ini dan untuk
hidup yang tidak berkesudahan.”
Memang, penyusunan doa Salam Maria ini memiliki kisahnya tersendiri. Kata, “Salam Maria, penuh rahmat” (Ave Maria, gratia plena) itu mengacu kepada Kitab Suci terjemahan Vulgata, yang menerjemahkan secara literal, kata Yunani, chaire kecharitomene, yang sekilas sudah pernah dibahas di sini, silakan klik. Kata, “Salam Maria, penuh rahmat” ini telah dipergunakan oleh para Bapa Gereja sebagai ungkapan penghormatan kepada Bunda Maria. Di abad ke-7, St. Gregorius telah memasukkan ungkapan doa “Salam Maria” ini dalam Liber Antiphonarious, sebagai frasa dalam doa persembahan, dalam teks Misa Minggu keempat Masa Adven. Seabad kemudian, frasa “Salam Maria” ini tercatat sebagai bagian dalam tulisan pengajaran St. Andreas dari Kreta dan St. Yohanes Damaskinus (abad ke 8).
Namun demikian, “Salam Maria” sebagai rumusan doa devosi belum jelas ditemukan sebelum tahun 1050. Dua buah manuskrip tua Anglo-Saxon di British Museum, yang salah satunya berasal dari tahun 1030, menunjukkan bahwa kata, “Salam Maria…. terpujilah engkau di antara wanita dan terpujilah buah tubuhmu” itu tertulis berulang-ulang dalam sebuah doa penghormatan kepada Bunda Maria.
Tahun 1184, Uskup Agung Canterbury, Abbot Baldwin, menulis:
“Terhadap salam dari Malaikat ini, yang
dengannya kita setiap hari menyapa Sang Perawan yang Terberkati dengan
devosi sedemikian, kita biasa menambahkan, “dan terpujilah buah
tubuhmu,” yang dikatakan oleh Elisabet kemudian, setelah mendengar salam
dari Maria, seolah melengkapi perkataan dari malaikat itu, dengan
berkata: “Terpujilah engkau di antara wanita dan terpujilah buah
tubuhmu.”
Tahun 1196, dekrit sinoda dari Eudes de Sully, Uskup Paris,
mengajarkan kepada para klerus, “Salam kepada Perawan Maria” ini sebagai
rumusan doa yang telah dikenal di keuskupannya, sebagaimana doa resmi
lainnya, seperti doa Bapa Kami dan Aku Percaya. Sejak saat itu, doa
Salam Maria ini diperkenalkan dan dianjurkan kepada umat beriman,
dimulai dari Sinoda di Durham di Inggris, tahun 1217.Doa Salam Maria ini kemudian dikenal sebagai doa-doa yang umum didoakan oleh para orang kudus (Santo dan Santa), seperti St. Aybert, St. Louis dari Perancis, St. Margaret, St. Dominic dan doa di biara-biara, sebagai doa ungkapan pertobatan. Doa ini umum diulangi, sampai puluhan kali, 50 atau bahkan 150 kali, mengikuti pola pengulangan doa “Kudus, kudus, kudus” yang terus diulangi tanpa putusnya di hadapan tahta Allah yang Maha Tinggi.
Di zaman St. Louis, doa “Salam Maria” berakhir dengan “… terpujilah buah tubuhmu”. Penambahan “Yesus” sesudah frasa itu umumnya dikenal dari abad 15, menurut anjuran Paus Urban IV (1261) dan Paus Yohanes XXII (1316-1344). Teks doa Salam Maria seperti yang kita ketahui sekarang, tercatat sebagai bagian depan salah satu karya Girolamo Savonarola, di tahun 1495. Savonarola adalah seorang biarawan, yang dikenal sebagai reformer ordo Dominikan. Dua tahun sebelumnya, frasa “Santa Maria, Bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa ini. Amin,” tercatat dalam Calendar of Shepherds, edisi bahasa Perancis. Namun penerimaan resmi teks doa Salam Maria selengkapnya, meskipun sudah disebutkan dalam Katekismus Konsili Trente, baru akhirnya dinyatakan dalam Roman Breviary tahun 1568.
Share.