1. Mat 23:24 – Lalat atau Nyamuk?
Terjemahan mana yang benar dalam Mat 23:24: lalat atau nyamuk? Kalau
terjemahannya berbeda-beda, maka bukankah otentisitas dari Kitab Suci
dapat dipertanyakan? Mari kita menganalisanya secara lebih mendalam.
Dalam Mat 23:24 dituliskan sebagai berikut:
bahasa indonesia sehari-hari : Kalian pemimpin-pemimpin yang buta! LALAT dalam minumanmu kalian saring, padahal unta kalian telan!
terjemahan baru: Hai kamu pemimpin-pemimpin buta, NYAMUK kamu tapiskan dari dalam minumanmu, tetapi unta yang di dalamnya kamu telan.
Untuk menjawab pertanyaan ini, maka dua prinsip harus kita lihat,
yaitu: (1) gaya bahasa yang digunakan dan (2) dari bahasa asli.
Dalam menginterpretasikan Kitab Suci, kita harus memperhatikan gaya bahasa. Tentang hal ini telah dibahas di sini – silakan klik. Dari ayat tersebut, kita tahu bahwa gaya bahasa yang dipergunakan adalah gaya bahasa hyperbolisme.
Bahasa ini ingin memberikan penekanan efek yang besar, sehingga dapat
memberikan impresi yang kuat kepada pembaca. Kita tahu bahwa semua orang
tidak menelan nyamuk, lalat, atau unta, sehingga ayat tersebut tidak
dapat diartikan secara literal.
Alasan yang kedua adalah dengan melihat bahasa asli dari kata “lalat” atau “nyamuk” yang digunakan, yaitu: κώνωψ
kṓnōps; gen. kṓnōpos, masc., fem. noun. A gnat, mosquito. Dalam bahasa Inggris diterjemahkan sebagai “gnat” seperti NASB menterjemahkan “You blind guides, who strain out a gnat and swallow a camel” (Mat 23:24). Kalau kita melihat kata “gnat” ini, maka artinya adalah:
kṓnōps; gen. kṓnōpos, masc., fem. noun. A gnat, mosquito. Dalam bahasa Inggris diterjemahkan sebagai “gnat” seperti NASB menterjemahkan “You blind guides, who strain out a gnat and swallow a camel” (Mat 23:24). Kalau kita melihat kata “gnat” ini, maka artinya adalah:
Webster: GNAT, n. nat. A
small insect, or rather a genus of insects, the Culex, whose long
cylindric body is composed of eight rings. They have six legs and their
mouth is formed by a flexible sheath, inclosing bristles pointed like
stings. The sting is a tube containing five or six spicula of exquisite
fineness, dentated or edged. The most troublesome of this genus is the
musketoe.
Wikipedia: A gnat ( /ˈnæt/) is any of many species of tiny flying insects in the Dipterid suborder Nematocera, especially those in the families Mycetophilidae, Anisopodidae and Sciaridae…..
Jadi, dari webster dan wikipedia, kita dapat melihat bahwa secara prinsip gnat adalah serangga kecil yang dapat terbang, yang dapat berarti nyamuk maupun lalat.
Dengan demikian, tidak ada pertentangan antara dua terjemahan
tersebut. Dan sungguh salah kalau disimpulkan bahwa dua perbedaan
terjemahan tersebut dapat menunjukkan bahwa Kitab Suci tidaklah akurat.
Terjemahan “lalat” maupun “nyamuk” juga tidak mengubah arti yang ingin
disampaikan, yaitu: serangga kecil terlihat, namun binatang sebesar unta
justru tidak terlihat.
2. Kej 35:10 dan Kej 46:2, tentang nama Yakub dan Israel
Dikatakan di Kej 35:10 bahwa Tuhan sudah mengganti nama Yakub menjadi
Israel, namun di perikop Kej 46:2, Allah masih memanggilnya Yakub.
Untuk memahami hal ini kita melihat kepada ayat-ayat lainnya dalam Kitab
Suci sebagai berikut:
Pemberian nama oleh Allah kepada seseorang yang dicatat dalam Kitab
Suci umumnya berkaitan dengan makna tertentu yang lebih besar maknanya
daripada namanya yang terdahulu. Namun bukan berarti namanya yang dulu
tidak boleh disebut kembali. Kita melihat bahwa terhadap Rasul Petrus,
Kristus juga sudah memberi nama Kefas (Petrus) kepada Simon pada saat
Kristus mengatakan akan mendirikan Gereja-Nya (Mat 16:18-19), namun
sebelum kenaikan-Nya ke surga, Ia tetap memanggil Petrus dengan sebutan
Simon (lih. Yoh 21:15-19). Maka kita melihat di sini, bahwa pemberian
nama berkaitan dengan misi yang diberikan, dan memang setelah Gereja
resmi berdiri di hari Pentakosta, maka nama Simon tidak lagi digunakan,
namun Petrus atau Kefas (lih. Kis 2 dst).
Demikian pula pada Yakub. Menurut Haydock’s Catholic Commentary on Holy Scripture,
Allah memberi Yakub nama yang baru, yaitu: Israel, yang artinya
pangeran Tuhan (menurut St. Hieronimus, q. Heb,) atau seorang yang
berdiri tegak dan menang di hadapan Tuhan, rectus Dei, yisrael (Haydock) — Atau orang-orang menerjemahkannya, sebagai seorang manusia yang melihat Tuhan, aiss-rae-al. (Philo, &c.).
Maka Kitab Suci menunjukkan bahwa kedua nama tersebut, Yakub dan
Israel, ditulis berganti-gantian, sebab mengacu kepada orang yang sama.
Setelah Yakub diberi nama baru, Israel, pada Kej 35:10, namun pada awal
perikop berikutnya Kej 35:22b, nama Yakub kembali disebut, “Adapun
anak-anak lelaki Yakub dua belas orang banyaknya.” Maka “namamu bukan
lagi Yakub melainkan Israel” artinya adalah bahwa nama Yakub kini bukan
lagi mengacu kepada dirinya sendiri saja tetapi juga kelak kepada
Israel, nama bangsa yang berasal dari keturunannya yang dipilih oleh
Tuhan.
Sekarang mari kita lihat Kej 46 tersebut, di mana dikatakan Yakub
mempersembahkan korban kepada Allah di Bersyeba. Kemungkinan tempat ini
adalah tempat yang sama di mana kakeknya, Abraham, menanam pohon
tamariska dan memanggil nama Allah (Kej 21:33), dan di mana ayahnya,
Ishak, juga mendirikan altar bagi Tuhan (Kej 26:24-25). Maka Allah
memanggilnya dengan nama Yakub, sebab kepada Yakublah ayahnya Israel
memberikan berkat (Kej 27:27-29). Dan kepada Yakub yang sama inilah
Allah kemudian melanjutkan janji-Nya. Sebab sekitar 40 tahun sebelumnya
Allah berbicara kepada Yakub melalui mimpi, ketika Yakub hendak
meninggalkan Tanah Terjanji, berangkat dari Bersyeba (Kej 28:12-17).
Kini ketika ia hendak meninggalkan tanah itu lagi, Tuhan memberikan
janji-Nya kembali melalui mimpi. Yakub diingatkan akan siapa dirinya
sebelum menerima janji Tuhan, dan bahwa Allah akan membuatnya menjadi
bangsa yang besar (Kej 46:3), yang disebut Israel, yang akan berdiam di
tanah Mesir (lih Kej 46:7). Dan kemudian di ayat berikutnya disebutkan
nama-nama bani Israel tersebut.
3. Perbedaan Kis 9:7 dan Kis 22:9
Di Kis 9:7 dikatakan bahwa teman seperjalanan Rasul Paulus ‘mendengar
tapi tidak melihat’, sedangkan dalam Kis 22:9 dikatakan bahwa mereka
‘melihat cahaya tetapi tidak mendengar’
Mari kita melihat teks lengkapnya:
Kis 9:7, “Maka termangu-mangulah teman-teman seperjalanan, karena mereka memang mendengar suara itu, tetapi tidak melihat seorang juga pun”
Kis 22:9, “Dan mereka yang menyertai aku [Paulus], memang melihat cahaya itu, tetapi suara Dia, yang berkata kepadaku, tidak mereka dengar.”
Kis 9:7, “Maka termangu-mangulah teman-teman seperjalanan, karena mereka memang mendengar suara itu, tetapi tidak melihat seorang juga pun”
Kis 22:9, “Dan mereka yang menyertai aku [Paulus], memang melihat cahaya itu, tetapi suara Dia, yang berkata kepadaku, tidak mereka dengar.”
Menurut keterangan dari buku Haydock’s Commentary on Holy Scripture,
tentang kedua ayat tersebut dikatakan bahwa kemungkinan yang didengar
oleh para pengantar Rasul Paulus adalah hanya suara Rasul Paulus yang
bicara, ataupun adanya suara yang tak jelas yang tak dapat mereka
pahami, sehingga dikatakan, bahwa mereka mendengar suara (Kis 9:7),
namun tidak mendengar suara Tuhan yang berkata kepada Rasul Paulus (lih.
Kis 22:9). Di samping itu mereka juga melihat cahaya (Kis 22:9), namun
tidak melihat seorangpun (lih. Kis 9:7).
4. Perbedaan 2 Sam 24:13: dengan 1 Taw 21:11-12: 7 tahun atau 3 tahun?
Perbedaan 2 Samuel 24:13: 7 tahun kelaparan (7 years of famine), sementara di 1 Tawarikh 21:11-12 (1 Chr 21:11-12), hanya 3 tahun kelaparan (3 years famine).
Demikianlah penjelasan yang dirangkum dari Haydock Catholic Commentary Bible dan A Catholic Commentary on Holy Scriptures :
Salinan teks dalam bahasa Ibrani menyebutkan tujuh tahun, sedangkan
salinan teks Septuaginta dan beberapa salinan Arab menyebutkan tiga
tahun. ‘Tiga’ tahun (angka tiga) nampaknya lebih sesuai dengan rangkaian
angka tiga yang terkait dengan pernyataan hukuman lainnya. …Gad -nabi
yang mengunjungi Daud- dapat saja awalnya menyebut tujuh tahun
kelaparan, namun kemudian menguranginya menjadi tiga tahun…. Atau, bahwa
Tuhan memberikan tiga tahun hukuman bagi Raja Daud untuk rasa ingin
tahunya akan kekuatan kerajaannya (sebab penghitungan sensus berkaitan
dengan pajak yang artinya juga adalah kekayaan bagi kerajaan); dan masa
tiga tahun hukuman ini, dengan masa tiga tahun kelaparan yang saat itu
memang sudah terjadi (lih. 2 Sam 21:1) mengakibatkan pada tahun ketujuh,
atau tahun sabatikal, tidak ada yang dapat dipanen. Sehingga masa
kelaparan total yang ditawarkan oleh Gad adalah tujuh tahun. Dengan
demikian, baik angka tiga tahun maupun tujuh tahun adalah sama-sama
benar, dilihat dari manakah permulaan penghitungannya.
Jika terjemahan LAI kemudian menyamakan ’3 tahun’ (dengan mengacu
kepada salinan teks Septuaginta dan Arab) dalam terjemahan 1976 untuk
ayat 2 Samuel 24:13 dan 1 Tawarikh 21:11-12, tidak mengubah kenyataan
bahwa memang terdapat dua jenis teks dalam salinan Kitab Suci, namun hal
ini tidaklah menjadi permasalahan, sebab kedua pernyataan tersebut,
tergantung dari manakah permulaan penghitungannya, tetaplah menyampaikan
kebenaran. Di atas semua itu, yang terpenting ditangkap maksud intinya,
yaitu bahwa Raja Daud harus menanggung akibat dari kesalahannya.
5. Perbedaan 2 Taw 36:9 dan 2 Raj 24:8: 8 tahun atau 18 tahun?
Pada 2 Tawarikh 36:9 (2 Chronicle 36:9), Yoyakhin menjadi raja pada
umur 8 tahun, sementara pada 2 Raja-raja 24:8 (2 Kings 24:8) berumur 18
tahun.
Demikianlah penjelasan yang dirangkum dari Haydock Catholic Commentary Bible:
Ketika Yoyakhin dihubungkan dengan tahta bapanya dalam kerajaan
Yehuda, ia berumur delapan tahun, namun setelah ayahnya Yoyakim
meninggal dunia, dan ia sendiri memerintah menggantikan ayahnya,
Yoyakhin berumur delapan belas tahun (2 Raj 24:8).
Jika dalam terjemahannya LAI menyamakan teks menjadi 18 tahun (atas
berdasarkan teks Septuaginta, Syriac dan Arab) juga tidak mengubah
kenyataan bahwa jika perbedaan teks tetap dipertahankan, juga kedua teks
tersebut dapat sama-sama benar. Sebab dimungkinkan di zaman kerajaan
masa itu untuk mengangkat putera mahkota sebelum raja yang berkuasa itu
wafat, walaupun sang putera mahkota tersebut baru resmi naik tahta/
memimpin sebagai raja yang berkuasa penuh setelah ayahnya wafat.
6. Perbedaan 2 Sam 24:1 dan 1 Taw 21:1: Tuhan atau Iblis yang menghasut Daud?
Pada 2 Samuel 24:1 dikatakan bahwa Tuhan yang menghasut Daud, tapi
pada 1 Tawarikh 21:1, dikatakan bahwa iblislah yang menghasut Daud.
Teks Douay Rheims berdasarkan teks Vulgata, mengatakan, “And the anger of the Lord was again kindled against Israel, and stirred up David among them, saying: Go, number Israel and Juda….”
Karena teks mengatakan bahwa murka Tuhan yang – sehingga diterjemahkan
sebagai Tuhanlah yang menghasut Daud. Namun ayat ini tidak untuk
diinterpretasikan bahwa Tuhanlah yang mendorong Daud untuk berbuat dosa.
Sebab yang mendorong manusia [termasuk Daud]untuk melakukan dosa adalah
Iblis (1 Taw 21:1). Namun hal itu dapat terjadi sebab Allah
mengizinkannya. St. Agustinus menjelaskan bahwa Allah mengizinkan
kejahatan itu untuk terjadi, sebab Ia mengetahui bagaimana untuk
mendatangkan kebaikan melalui kejadian tersebut [yaitu pertobatan Raja
Daud, dan pengajaran yang dapat ditarik melalui peristiwa tersebut].
Pemahaman ini sejalan dengan beberapa ayat dalam Kitab Suci yang
menyatakan bahwa “Allah mencobai” Abraham dan Ishak (lih. Ibr 11:7, Ydt
8:26) dan di ayat-ayat yang lain mengatakan bahwa “Allah tidak mencobai
siapapun” (lih. Yak 1:13). Sebab, apapun yang terjadi dalam kehidupan
manusia (termasuk pencobaan dalam hidup), dapat terjadi karena seizin
Tuhan (lih. 1 Kor 10:13). Selanjutnya, pembahasan tentang hal ini sudah
pernah dijabarkan di artikel ini, silakan klik.
7. Perbedaan 2 Sam 10:18 dan 1 Taw 19:18: 700 ekor kuda atau 7000 ekor kuda?
Pada 2 Samuel 10:18 Daud membunuh 700 ekor kuda kereta dan 40.000
orang pasukan berkuda, sementara pada 1 Tawarikh 19:18 justru 7000 ekor
kuda kereta dan 40.000 orang pasukan berjalan kaki.
Maka yang dibicarakan di sini adalah kata ֶ”רֶכב (reḵeḇ)”, yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris, “chariots/ charioteers.” Kata “reḵeḇ” ini mengacu kepada kelompok kereta kuda/ chariots seperti pada Kej 50:9, Kel 14:6-7, 9, 17-18, 23, 26, 28), ataupun hanya kepada satu kereta kuda/ chariot,
seperti pada 1 Raj 22:35. Kereta kuda ini merupakan salah satu kekuatan
tempur di masa kerajaan zaman dulu. Dengan pengertian ini, maka
tidaklah menjadi masalah apakah mau dikatakan 700 reḵeḇ, atau 7000 reḵeḇ. Sebab jika ‘reḵeḇ’‘
mau diterjemahkan sebagai satu kereta kuda maka jumlahnya ada 7000,
namun jika diterjemahkan sebagai rangkaian kereta kuda yang satu
rombongannya terdiri dari sepuluh kuda, maka jumlahnya menjadi 700.
Sedangkan tentang keterangan prajuritnya, tidaklah menjadi masalah
jika salah satu teks menyebutkan jumlah prajurit penunggang kuda, dan
teks yang lain menyebutkan jumlah prajurit yang berjalan kaki. Sebab
sang penulis kedua kitab dapat menuliskan dua hal yang berbeda, walau
jumlahnya sama: penulis Kitab Samuel mencatat jumlah prajurit penunggang
kuda, sedangkan penulis kitab Twarikh mencatat jumlah pasukan yang
berjalan kaki. Kedua teks dapat sama-sama menyampaikan kebenaran, atau
jika digabungkan kedua teks itu maka yang dikalahkan adalah 87,000
prajurit Syria, baik yang naik kereta kuda, maupun yang naik kuda (tanpa
kereta) maupun yang prajurit yang berjalan kaki.
8. Perbedaan 2 Taw 9:25 dan 1 Raj 4:26: 4000 kandang atau 40,000 kandang?
Pada 2 Tawarikh 9:25, Raja Salomo mempunyai 4.000 kandang, sementara pada 1 Raja-raja 4:26 ada 40.000 kandang.
Yang dibicarakan di sini adalah kata ֻאְרָוה/ ’urwāh: yang
artinya sebuah kandang yang menampung satu binatang, maupun bangunan
kandang besar, yang terdiri dari bilik-bilik kandang. Dalam satu
bangunan kandang kuda milik Raja Salomo ini terdapat sepuluh bilik
kandang kecil (stalls), satu ruang untuk satu kuda. Maka, jika urwāh diterjemahkan
sebagai satu bangunan kandang kuda yang besar, jumlahnya ada 4,000,
sedangkan kalau diterjemahkan sebagai bilik kandang yang memuat satu
kuda, maka jumlah totalnya ada 40,000.
9. Mat 10:5-6 dengan Mat 19-20: Yesus hanya diutus menyelamatkan bangsa Israel atau seluruh dunia?
Ada pandangan yang menganggap bahwa Yesus hanya diutus kepada bangsa
Israel, dengan mengacu kepada ayat Mat 10:5-6 dan Mat 15:24):
“Janganlah kamu menyimpang ke jalan
bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria,melainkan pergilah
kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.” (Mat 10:5-6).
“Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.” (Mat 15:24)
Namun di ayat yang lain, jelas Yesus menghendaki agar para muridNya mewartakan Kabar Gembira keselamatan kepada seluruh dunia:
“Karena itu pergilah, jadikanlah semua
bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh
Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah
Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa
sampai kepada akhir zaman.” (Mat 28:19-20)
“Lalu Ia berkata kepada mereka: “Pergilah
ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang
percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya
akan dihukum….” (Mrk 16:15-16)
Maka mungkin orang mempertanyakan, mengapa sekilas sepertinya
ayat-ayat tersebut bertentangan. Namun ayat-ayat dalam Kitab Suci tidak
untuk dipertentangkan dan hendaknya dibaca secara keseluruhan, untuk
saling melengkapi dan menjelaskan. Gereja menerima ayat-ayat tersebut
dengan penghormatan yang sama, tanpa mengabaikan ayat-ayat tertentu. Di
dalam rencana keselamatan-Nya, Allah menjanjikan kepada Bapa Abraham dan
para Patriarkh, sebuah perjanjian dan hukum Taurat kepada Nabi Musa,
dan mengutus para nabi kepada bangsa Israel yang menjadi bangsa
pilihan-Nya. Maka Allah menjanjikan bahwa Mesias akan dilahirkan dari
bangsa pilihan-Nya ini, dan melalui bangsa ini seluruh bangsa akan
diberkati (lih. Kej 12:3; 26:4; 28:14). Allah akan membangkitkan seorang
dari keturunan mereka, dan Allah akan menegakkan tahta kerajaan-nya
selama-lamanya (lih. 1Taw 17: 11-14). Inilah yang menjelaskan mengapa
Mesias dan Kerajaan Allah diberitakan kepada bangsa Israel terlebih
dahulu sebelum kepada bangsa-bangsa lain. Juga karena itulah di awal
karya-Nya, Yesus membatasi pewartaan-Nya dan pewartaan para Rasul kepada
bangsa Israel, sebelum kemudian memerintahkan mereka untuk mewartakan
Injil ke seluruh dunia (lih Mat 28:19-20; Mrk 16:15-16). Demikian pula,
para Rasul di awal pemberitaan mereka dan penyebaran Gereja, umumnya
mendirikan Gereja di kalangan komunitas Yahudi di kota-kota yang mereka
masuki, dan pertama-tama memberitakan Injil kepada mereka, sebelum
berpaling kepada bangsa-bangsa lain (lih. Kis 13:46).
St. Thomas Aquinas mengatakan bahwa sudah selayaknya bahwa Yesus pada
awalnya melakukan karya publik-Nya kepada orang Yahudi, dengan alasan
keadilan (justice) dan perantara (mediation).[1]
1. Konsep keadilan: Adalah adil, kalau
Yesus mewartakan kepada orang Yahudi, karena Tuhan sendiri telah
menjanjikan kepada orang Yahudi seorang Mesias yang akan menjadi Raja
bagi seluruh bangsa dan kerajaan-Nya tidak akan berakhir. Dengan cara
ini, sebetulnya tidak ada alasan bagi bangsa Yahudi untuk memprotes
Tuhan, karena Tuhan sendiri telah memenuhi janji-Nya kepada bangsa
Yahudi, yang terpenuhi dalam diri Yesus Kristus. Yesus adalah Sang
Penyelamat yang telah dijanjikan oleh Allah, silakan klik.
2. Konsep Mediation: Menjadi
layak bahwa Yesus datang terlebih dahulu untuk bangsa yang telah
dipersiapkan 2000 tahun sebelumnya, dan kemudian kepada bangsa-bangsa
lain di luar bangsa Yahudi. Karena keselamatan dari seluruh bangsa
disebabkan oleh penderitaan, kematian, dan kebangkitan Kristus. Oleh
karena itu, setelah Yesus bangkit, Dia mengutus para rasul dan murid
untuk mewartakan Kristus ke seluruh dunia (lih. Mat 28:18-20, lih. juga
Mk 16:15-18).
Dengan demikian baik ayat Mat 10:5-6, Mat 15:24, tidak bertentangan
dengan Mat 28:19-20, Mrk 16:15-16, sebab Allah memang menghendaki agar
semua orang dapat diselamatkan (lih. 1 Tim 2:4), namun caranya adalah
dengan terlebih dahulu memilih suatu bangsa pilihan-Nya, agar melalui
mereka Sang Penyelamat dalam lahir ke dunia, dan melalui mereka,
keselamatan akan mencapai ke seluruh dunia.
10. Mat 27:5-7, dan Kis 1:18: Yudas wafat gantung diri atau jatuh tertelungkup? Siapa yang membeli tanah dari uang perak tersebut?
Kata “membeli” yang dipakai oleh Rasul Matius dalam Injilnya, untuk
menjelaskan apa yang dilakukan oleh para imam-imam kepala dengan uang 30
uang perak yang dilemparkan oleh Yudas, adalah ἀγοράζω, agorázō,
yaitu hanya mengacu kepada tindakan membeli, namun belum tentu berarti
memiliki. “Sesudah berunding mereka [imam-imam kepala] membeli
(agorázō) dengan uang itu tanah yang disebut Tanah Tukang Periuk untuk
dijadikan tempat pekuburan orang asing.” (lih. Mat 27:7)
Sedangkan dalam Kisah para Rasul, kata yang dipakai di sana adalah κτάομαι, ktáomai, yang berarti memperoleh, memiliki, membeli. “Yudas ini telah membeli (ktáomai)
sebidang tanah dengan upah kejahatannya, lalu ia jatuh tertelungkup,
dan perutnya terbelah sehingga semua isi perutnya tertumpah ke luar.”
Sehingga di sini artinya adalah Yudaslah yang menjadi pemilik dari tanah
itu.
Bagaimana ini dijelaskan? Matius mengatakan bahwa para imam melakukan
tindakan pembelian tanah itu, tetapi mereka tidak otomatis menjadi
pemilik tanah itu. Uang yang mereka gunakan untuk membeli tanah itu
adalah uang Yudas, sehingga mereka membeli tanah itu atas nama Yudas,
sehingga secara hukum tanah itu adalah milik Yudas. Sebab menurut
pemikiran saat itu, pembalian tanah denagn uang darah macam itu adalah
najis -bahkan sekarangpun kadang yayasan belas kasih dapat menolak uang
sumbangan yang diperoleh dari uang yang diperoleh dari kejahatan. Maka,
para imam kepala itu membeli tanah tersebut untuk pekuburan bagi
kepentingan bait Allah, untuk menghindari asosiasi kenajisan secara
ritual, mereka harus membelinya dengan nama Yudas Iskariot, yang
memperoleh uang darah tersebut. Hak milik dan transaksi ini tercatat
secara publik, sehingga ini dapat diketahui oleh Lukas, yang menuliskan
Kisah para Rasul, sehingga ia mencatat bahwa Yudas telah membeli/
memiliki tanah itu. Maka ia menggunakan kata ‘ktáomai‘ tersebut, untuk menjelaskan keadaan itu.
Sedangkan Mat 27:5 dan Kis 1:18 tetap dapat sama-sama menjelaskan
bagaimana Yudas wafat. Sebab dapat terjadi Yudas menggantung diri, namun
entah karena talinya putus atau dahan pohon tempat ia menggantung diri
patah, sehingga akhirnya Yudas jatuh tertelungkup dan seluruh isi
perutnya tertumpah ke luar. Demikianlah yang dijelaskan dalam A Catholic Commentary on Holy Scripture, ed. Dom Orchard, OSB tentang ayat-ayat tersebut.
11. Yesus membaptis (Yoh 3:22) atau tidak membaptis (Yoh 4:1-2)?
Menurut pengajaran St. Agustinus, kedua pernyataan ini benar,
tergantung bagaimana kita mengartikan kata “membaptis”. Sebab Yesus
membaptis, dalam artian Ia-lah yang menyucikan [orang yang dibaptis],
namun dikatakan Ia tidak membaptis, dalam artian bukan Yesus yang
mencelupkan orang itu ke dalam air [melainkan para murid-Nya]. Para
murid melayani secara jasmani, namun Kristus menyempunakannya dengan
memberikan meterai rohani yang tentangnya Baptisan itu diucapkan. Dengan
arti rohani ini, maka dikatakan bahwa Kristus membaptis.
12. Yesus mengusir roh jahat di Gerasa (Mrk 5: 1-13, Luk 8: 27-33) atau Gadara (Mat 8: 28-32)?
Markus 5: 1-13, Lukas 8: 27-33 dan Matius 8: 28-32: Penyembuhan itu
dilakukan di Gerasa (menurut Markus dan Lukas) atau di Gadara (menurut
Matius)? Yesus menyembuhkan satu orang (menurut Markus dan Lukas) atau
dua orang yang kerasukan setan (menurut Matius)?
Demikianlah penjelasan tentang kedua kota itu[2]:
“Gadara adalah kota tak jauh dari danau Genesaret, salah satu dari
sepuluh kota yang disebut Dekapolis. Gergesa (kemungkinan variasi dari
kata “Gerasa”) adalah sebuah kota yang terletak 12 mil di sisi tenggara
Gadara, dan sekitar 20 mil di timur sungai Yordan. Maka tak ada
kontradiksi antara ketiga Injil di sini. Yesus datang ke daerah ini di
mana kedua kota terletak, dan salah satu pengarang Injil menyebut kota
yang satu dan dan pengarang lainnya menyebut kota lainnya. Terlihat
bahwa para pengarang itu tidak setuju dalam hal menekankan kota yang
mana, sebab jika ya, tentu mereka sudah menyebutkan nama kota yang sama.
Namun hal ini menunjukkan bahwa mereka mengenal daerah tersebut. Tak
ada orang yang dapat menulis sedemikian, hanya mereka yang sungguh
mengenal fakta-faktanya.”
Maka ketiga pengarang Injil menulis tentang daerah yang sama. Kota
Romawi Gerasa adalah kota yang terkenal, yang sudah dikenal oleh kaum
Yunani/non-Yahudi, sedangkan Gadara ibukota dari Perea, propinsi Romawi,
adalah kota utama dari kesepuluh kota di Dekapolis[3].
Kedekatan antara kedua kota mengakibatkan mereka yang tinggal di Gerasa
dapat disebut orang Gadara (Gadarenes). Gambar kapal di koin uang logam
kota Gadara kemungkinan menunjukkan bahwa Gadara kemungkinan membentang
sampai ke danau Galilea.[4]. Para penulis Injil tersebut memilih untuk mengacu kepada area yang sama, dengan cara yang berbeda.
Namun yang jelas, baik Matius, Markus dan Lukas tidak saling
bertentangan saat menyampaikan kejadian ini. Mereka sama-sama mengacu
kepada daerah di sekitar danau Galilea. Lagipula area persisnya tempat
mukjizat ini terjadi, tidaklah menjadi sepenting pemahaman kita akan
kisah kejadian ini, yaitu bahwa Kristus mempunyai kuasa atas dunia
spiritual, dan Ia menyatakan kuasanya atas roh jahat tersebut.
Sedangkan apakah Yesus menyembuhkan satu atau dua orang yang
kerasukan setan, juga bukanlah suatu pertentangan. Perbedaan serupa juga
terjadi dalam penulisan perikop Yesus menyembuhkan seorang atau dua
orang yang buta berikut ini.
13. Yesus menyembuhkan satu orang buta (Mrk 10:46-52,Luk 18:35,38) atau dua orang buta (Mat 20:30)?
Matius 20:30 menyebutkan dua orang buta; sedangkan Mrk 10:46-52,Luk
18:35,38 menyebutkan satu orang buta. Kita lihat di sini bahwa Injil
yang menyebutkan “seorang” yang disembuhkan, tidak mengatakan bahwa
“hanya satu orang/ seorang saja” yang disembuhkan ataupun “hanya ia
sendirian saja” yang disembuhkan. Sebab hanya jika Lukas mengatakan
demikian, pernyataannya bertentangan dengan kedua penulis Injil yang
lain. Namun yang ditulis Lukas adalah kurang lebih demikian: ada seorang
buta yang duduk di pinggir jalan, lalu Yesus lewat dan ia mohon
disembuhkan, dan Yesus menyembuhkan dia. Maka, penulisan ini tidak
bertentangan dengan tulisan kedua Injil lainnya yang menyatakan bahwa
yang disembuhkan ada dua orang buta. Sebab dapat terjadi bahwa yang
disembuhkan ada dua orang, hanya saja Lukas ataupun Markus menyebutkan
satu di antara kedua orang itu, kemungkinan karena telah mengenal/
bertemu dengan orang itu, sehingga menyebutnya secara khusus. Markus
bahkan menyebutkan namanya, yaitu Bartimeus. Maka yang disampaikan oleh
Markus dan Lukas adalah: ada orang buta itu duduk di pinggir jalan, lalu
Yesus lewat. Orang buta itu mohon belas kasihan Yesus, dan kemudian ia
memperoleh mukjizat kesembuhan dari Tuhan Yesus. Bahwa orang buta itu
tidak sendirian, tidak menjadi masalah, sebab fakta itu tidak mengubah
kebenaran bahwa orang buta itu (yang bernama Bartimeus) duduk di pinggir
jalan, memohon kepada Tuhan Yesus, dan kemudian menerima kesembuhan
dari Tuhan Yesus.
14. Berapa jumlah keledai yang digunakan Yesus memasuki Yerusalem? (Mrk 11:2; Luk 19:30: seekor; Mat 21:2: dua ekor)
Injil Markus dan Lukas menyebutkan “seekor keledai muda” (lih. Mrk
11:2; Luk 19:30); sedangkan dalam Injil Matius menyebutkan “seekor
keledai betina dan anaknya” (lih. Mat 21:2). Dikatakan dalam Injil
Matius, bahwa para murid membawa kedua keledai itu, lalu mengalasinya
dengan pakaian mereka, dan Yesuspun naik ke atasnya (lih. Mat 21:7).
Manakah yang benar?
Tentang Tuhan Yesus memasuki Yerusalem dengan mengendarai keledai,
adalah nubuat Nabi Zakaria, “Bersorak-soraklah dengan nyaring, hai
puteri Sion, bersorak-sorailah, hai puteri Yerusalem! Lihat, rajamu
datang kepadamu; ia adil dan jaya. Ia lemah lembut dan mengendarai
seekor keledai, seekor keledai beban yang muda” (Za 9:9).
Penjelasan dari The Navarre Bible Commentary menjelaskan,
bahwa maksud Rasul Matius adalah bahwa Kristus menaiki anak keledai itu,
namun bersamaan dengan itu, Ia juga mengarahkan induknya. Injil Markus
dan Lukas hanya memfokuskan kepada masuknya Yesus ke kota suci Yerusalem
dengan mengendarai anak keledai (Mrk 11:2; Luk 19:30). Sedangkan Rasul
Matius melihat anak keledai dan keledai sebagai penggenapan nubuat
Zakaria, di mana keduanya disebutkan…. Para Bapa Gereja mengartikan
bahwa keledai merupakan simbol dari bangsa Yahudi, yang telah menanggung
beban hukum Taurat. Sedangkan anak keledai yang belum pernah
ditunggangi orang, melambangkan bangsa-bangsa non- Yahudi. Yesus
memimpin baik bangsa Yahudi maupun bangsa non- Yahudi untuk memasuki
Gereja sebagai kota Yerusalem yang baru.
Fr. Cornelius Lapide, seorang Jesuit yang adalah pakar Kitab Suci,
menjelaskan, bahwa Kristus menggunakan kedua binatang itu untuk menandai
bahwa Ia harus memenangkan baik bangsa Yahudi (yang dilambangkan oleh
keledai) maupun bangsa-bangsa non-Yahudi (yang dilambangkan oleh anak
keledai), untuk membuat keduanya sebagai satu bangsa. Yesus memasuki
Yerusalem dengan menunggangi anak keledai, sebab bangsa-bangsa non
Yahudi adalah yang pertama menerima Kristus sebagai Raja mereka,
meskipun bangsa Yahudi adalah yang pertama menerima Janji Tuhan. Namun
demikian akhirnya sang keledai juga diarahkan Yesus untuk masuk ke kota
suci itu, sebab seluruh bangsa Israel juga akan diselamatkan (lih. Rom
11:26) setelah pertobatan mereka.
Demikianlah keterangan untuk memahami penjabaran ketiga Injil tentang keledai yang digunakan Yesus ke Yerusalem.
15. Jika Allah adalah Kasih (1 Yoh4:8), dan kasih tidak cemburu (1 Kor 13:4), mengapa dikatakan bahwa Allah cemburu (Kel 20:5; Ul 4:24)?
Ada orang bertanya, jika Allah adalah Kasih (1 Yoh 4: 8) dan kasih
itu tidak cemburu (1 Kor 13:4), mengapa dikatakan bahwa Allah itu
cemburu (Kel 20:5; Ul 4:24)?
Dalam Kitab Suci, ‘cemburu’ (qi’nah- Ibrani zelos-Yunani)
mempunyai akar kata ‘hangat/ panas’. Maka tergantung konteksnya, kata
‘cemburu’ ini dapat digunakan untuk menggambarkan baik suatu perasaan
negatif, ataupun positif. Arti negatif dari kata cemburu, mengarah
kepada rasa iri hati, curiga, dan inilah konotasi arti yang digunakan
dalam 2 Kor 12:20 ataupun Rm 13:13. Rasul Paulus mengkhawatirkan adanya
“perselisihan dan iri hati…./ quarelling and jealousy (RSV) dalam jemaat. Namun Rasul Paulus menggunakan kata yang sama ini, zeloo, ‘earnestly desire’/
‘berusahalah untuk memperoleh’, yaitu untuk memperoleh karunia-karunia
rohani (lih. 1Kor 12:31; 14:1,39); di sini disampaikan arti positif dari
‘cemburu’. Demikian pula yang disampaikan dalam 2 Kor 11:2-4:
“Sebab aku cemburu kepada kamu dengan cemburu ilahi.
Karena aku telah mempertunangkan kamu kepada satu laki-laki untuk
membawa kamu sebagai perawan suci kepada Kristus. Tetapi aku takut,
kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati
kepada Kristus, sama seperti Hawa diperdayakan oleh ular itu dengan
kelicikannya. Sebab kamu sabar saja, jika ada seorang datang
memberitakan Yesus yang lain dari pada yang telah kami beritakan, atau
memberikan kepada kamu roh yang lain dari pada yang telah kamu terima
atau Injil yang lain dari pada yang telah kamu terima.” (2 Kor 11:2-4)
Di sini ‘cemburu’ mempunyai arti positif, yaitu: mengasihi
sedemikian, sehingga menjaga agar jangan sampai yang dikasihi tersesat
dan tidak setia. Dalam arti inilah, Allah dikatakan sebagai Allah yang
cemburu. Allah tidak cemburu dalam arti iri hati terhadap bangsa Israel,
tetapi bahwa Ia begitu mengasihi bangsa Israel dengan kasih yang kuat
bagaikan api yang panas, yang tidak menghendaki umat-Nya mendua hati.
Maka dikatakan, “Sebab TUHAN, Allahmu, adalah api yang menghanguskan,
Allah yang cemburu” (Ul 4:24); sebagai kesimpulan dari nasihat Nabi Musa
agar bangsa Israel tidak melupakan perjanjian dengan Allah, dengan
menjadi tidak setia (lih. Ul 4:21-23). Di sini Kitab Suci menggambarkan
perkawinan rohani antara Allah dengan umat-Nya bagaikan kasih antara
suami dan istri. Allah menghendaki agar bangsa Israel hanya
menyembah-Nya sebagai Allah yang satu-satunya. Ketidaksetiaan bangsa
Israel kepada Allah dengan berpaling kepada para dewa/ berhala,
digambarkan dengan kata ‘bersundal’ (lih. Yer 3:6-10). Namun Allah
adalah Allah yang tetap setia. Ia menjaga umat-Nya dengan kasih yang
‘cemburu’ dalam arti positif, yang tak ingin bertoleransi dengan
kehadiran allah-allah lain di tengah umat-Nya (lih. Kel 20:3-6, Yos
24:24-16,19-20, dst). Arti ‘cemburu’ ilahi yang sedemikian berbeda
dengan ‘cemburu’ yang disebutkan oleh Rasul Paulus dalam 1 Kor 13:4.
Namun karena akar katanya sama, arti positif dan negatif dari kata
tersebut, disampaikan dalam kata yang sama.
CATATAN KAKI:
- St. Thomas Aquinas, Summa Theology, III, q.42, a.1 [↩]
- lih. Albert Barnes, Notes on the New Testament: Matthew and Mark (Grand Rapids, MI: Baker, 1949), p. 91 [↩]
- Robert Lenski C.H, The Interpretation of St. Mark’s Gospel (Minneapolis, MN: Augsburg, 1946), p. 205; James Burton Coffman, Commentary on Mark (Abilene, TX: ACU Press), 1975, p. 85; Ronald F. Youngblood, 1995, New Illustrated Bible Dictionary (Nashville, TN: Nelson), 1995, p. 468 [↩]
- J.W McGarvey, The Fourfold Gospel (Cincinnati, OH: Standard), p. 344; John and James Strong McClintock and Strong, Cyclopedia of Biblical, Theological, and Ecclesiastical Literature (Grand Rapids, MI: Baker, 1969), 3: 706 [↩]