Menjadikan Saat Menanti Saat yang Berarti
[Hari Minggu Paskah ke VII: Kis 1:12-14; Mzm 27:1-13; 1Ptr 4:13-16; Yoh 17:1-11]
Ada banyak orang yang tidak senang menunggu, karena beranggapan bahwa menunggu itu membosankan. Maka kita sering melihat, bahwa dalam jalur antrian yang panjang, umumnya orang mulai gelisah. Ada yang sibuk memainkan Hp, entah mengirim SMS, bermain game atau, orang yang beruntung mengantri bersama teman, akan menggunakan waktu untuk mengobrol. Tapi biasanya, kalau ditanya, sepertinya orang lebih suka, kalau bisa tidak usah menunggu, langsung mendapat apa yang diharapkan. Namun bacaan- bacaan Kitab Suci pada hari Minggu ini mengingatkan kita untuk menghargai saat-saat menunggu. Sebab menantikan kedatangan janji Tuhan adalah saat-saat yang memberkati.
Bacaan pertama mengisahkan bagaimana para rasul dan para murid Yesus lainnya, termasuk Bunda Maria, tekun berdoa menantikan turunnya Roh Kudus yang dijanjikan oleh Tuhan Yesus. Dikatakan bahwa mereka ‘sehati dalam doa bersama-sama’ (Kis 1:14). Tuhan menghendaki agar kita berdoa, mengarahkan hati dan pikiran kita kepada Tuhan, saat kita menantikan penggenapan janji-Nya. Doa menantikan Roh Kudus inilah yang menjadi cikal bakal tradisi doa novena sembilan hari berturut-turut yang sampai sekarang tetap dipertahankan dalam Gereja Katolik. Menjelang hari Pentakosta, mari kita mengambil bagian dalam doa bersama- sama Gereja, yang menantikan datang-Nya Roh Kudus. Dengan memperingati hari Pentakosta, Gereja menantikan turunnya Roh Kudus secara baru atas kita anggota-anggotanya, sebagaimana dahulu Roh Kudus turun atas para murid Kristus.
Dalam bacaan kedua, Rasul Paulus mengingatkan kita akan arti yang lebih luas dari masa penantian, yaitu kehidupan kita di dunia ini. Rasul Paulus mengingatkan agar kita tidak lekas menjadi tawar hati dalam menjalani kehidupan kita di dunia ini, terutama jika kita mengalami penderitaan maupun berbagai kesulitan untuk melaksanakan perintah Tuhan. Terhadap semua pergumulan ini, Rasul Paulus mengajarkan kepada kita agar mempunyai pengharapan yang teguh, bahwa jika kita setia kepada-Nya, maka kelak kita akan digabungkan dalam kemuliaan-Nya. “Bersukacitalah, sesuai dengan bagian yang kamu dapat dalam penderitaan Kristus, supaya kamu juga boleh bergembira dan bersukacita pada waktu Ia menyatakan kemuliaan-Nya” (1Ptr 4:13). Di sini kita diingatkan, bahwa mengikuti Yesus tidak identik dengan terbebas dari kesulitan dan penderitaan. Sebaliknya, justru kita harus bersuka cita, jika Tuhan mengizinkan kita mengalami penderitaan, sebab jika kita menyatukan penderitaan kita dengan penderitaan Kristus, maka kita kelak dapat mengambil bagian dalam sukacita kemuliaan-Nya. Di dalam Dia, dukacita akan diubah menjadi sukacita (lih. Yoh 16:20).
Selanjutnya dalam bacaan Injil, Tuhan Yesus mengajarkan kita akan makna hidup kekal yang dijanjikan oleh-Nya. Yaitu, pengenalan akan Allah, sebagai satu-satunya Allah yang benar, dan pengenalan akan Yesus Kristus yang telah diutus-Nya (lih. Yoh 17:3). Jika demikianlah arti hidup kekal, maka bukankah kita perlu bertumbuh dalam pengenalan kita akan Allah? Sebab jangan sampai pengenalan kita akan Dia hanya sebatas di kepala, tetapi belum sampai turun ke hati. Sebab pengenalan akan Allah yang benar dan akan Kristus yang diutus-Nya, membawa kita kepada iman dan pengharapan akan hidup yang kekal, dan kepada kasih yang menyempurnakan. Kristus memahami perjuangan kita untuk mempertahankan iman, harapan dan kasih, maka Ia mendoakan kita semua yang telah percaya kepada-Nya. Kristus menyebut kita semua yang percaya kepada-Nya sebagai milik-Nya, dan karena itu kita semua adalah milik Allah (lih. Yoh 17:9-10). Betapa seharusnya kita bersyukur akan penyertaan Tuhan Yesus ini, yang setia mendampingi kita dan menjadikan kita milik-Nya, agar kita dapat mengambil bagian dalam kemuliaan- Nya!
Maka agar saat menanti dapat menjadi saat yang berarti, mari kita mengingat ketiga hal ini: yaitu, berdoalah, berharaplah, dan bertumbuhlah dalam pengenalan akan Allah. Saat menantikan Roh Kudus, namun juga di sepanjang hidup kita, saat kita menantikan penggenapan janji Tuhan, mari kita menujukan mata hati kita kepada-Nya.
“Aku percaya akan melihat kebaikan TUHAN di negeri orang-orang yang hidup! Nantikanlah TUHAN! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah TUHAN!” (Mzm 27:13-14)
Ada banyak orang yang tidak senang menunggu, karena beranggapan bahwa menunggu itu membosankan. Maka kita sering melihat, bahwa dalam jalur antrian yang panjang, umumnya orang mulai gelisah. Ada yang sibuk memainkan Hp, entah mengirim SMS, bermain game atau, orang yang beruntung mengantri bersama teman, akan menggunakan waktu untuk mengobrol. Tapi biasanya, kalau ditanya, sepertinya orang lebih suka, kalau bisa tidak usah menunggu, langsung mendapat apa yang diharapkan. Namun bacaan- bacaan Kitab Suci pada hari Minggu ini mengingatkan kita untuk menghargai saat-saat menunggu. Sebab menantikan kedatangan janji Tuhan adalah saat-saat yang memberkati.
Bacaan pertama mengisahkan bagaimana para rasul dan para murid Yesus lainnya, termasuk Bunda Maria, tekun berdoa menantikan turunnya Roh Kudus yang dijanjikan oleh Tuhan Yesus. Dikatakan bahwa mereka ‘sehati dalam doa bersama-sama’ (Kis 1:14). Tuhan menghendaki agar kita berdoa, mengarahkan hati dan pikiran kita kepada Tuhan, saat kita menantikan penggenapan janji-Nya. Doa menantikan Roh Kudus inilah yang menjadi cikal bakal tradisi doa novena sembilan hari berturut-turut yang sampai sekarang tetap dipertahankan dalam Gereja Katolik. Menjelang hari Pentakosta, mari kita mengambil bagian dalam doa bersama- sama Gereja, yang menantikan datang-Nya Roh Kudus. Dengan memperingati hari Pentakosta, Gereja menantikan turunnya Roh Kudus secara baru atas kita anggota-anggotanya, sebagaimana dahulu Roh Kudus turun atas para murid Kristus.
Dalam bacaan kedua, Rasul Paulus mengingatkan kita akan arti yang lebih luas dari masa penantian, yaitu kehidupan kita di dunia ini. Rasul Paulus mengingatkan agar kita tidak lekas menjadi tawar hati dalam menjalani kehidupan kita di dunia ini, terutama jika kita mengalami penderitaan maupun berbagai kesulitan untuk melaksanakan perintah Tuhan. Terhadap semua pergumulan ini, Rasul Paulus mengajarkan kepada kita agar mempunyai pengharapan yang teguh, bahwa jika kita setia kepada-Nya, maka kelak kita akan digabungkan dalam kemuliaan-Nya. “Bersukacitalah, sesuai dengan bagian yang kamu dapat dalam penderitaan Kristus, supaya kamu juga boleh bergembira dan bersukacita pada waktu Ia menyatakan kemuliaan-Nya” (1Ptr 4:13). Di sini kita diingatkan, bahwa mengikuti Yesus tidak identik dengan terbebas dari kesulitan dan penderitaan. Sebaliknya, justru kita harus bersuka cita, jika Tuhan mengizinkan kita mengalami penderitaan, sebab jika kita menyatukan penderitaan kita dengan penderitaan Kristus, maka kita kelak dapat mengambil bagian dalam sukacita kemuliaan-Nya. Di dalam Dia, dukacita akan diubah menjadi sukacita (lih. Yoh 16:20).
Selanjutnya dalam bacaan Injil, Tuhan Yesus mengajarkan kita akan makna hidup kekal yang dijanjikan oleh-Nya. Yaitu, pengenalan akan Allah, sebagai satu-satunya Allah yang benar, dan pengenalan akan Yesus Kristus yang telah diutus-Nya (lih. Yoh 17:3). Jika demikianlah arti hidup kekal, maka bukankah kita perlu bertumbuh dalam pengenalan kita akan Allah? Sebab jangan sampai pengenalan kita akan Dia hanya sebatas di kepala, tetapi belum sampai turun ke hati. Sebab pengenalan akan Allah yang benar dan akan Kristus yang diutus-Nya, membawa kita kepada iman dan pengharapan akan hidup yang kekal, dan kepada kasih yang menyempurnakan. Kristus memahami perjuangan kita untuk mempertahankan iman, harapan dan kasih, maka Ia mendoakan kita semua yang telah percaya kepada-Nya. Kristus menyebut kita semua yang percaya kepada-Nya sebagai milik-Nya, dan karena itu kita semua adalah milik Allah (lih. Yoh 17:9-10). Betapa seharusnya kita bersyukur akan penyertaan Tuhan Yesus ini, yang setia mendampingi kita dan menjadikan kita milik-Nya, agar kita dapat mengambil bagian dalam kemuliaan- Nya!
Maka agar saat menanti dapat menjadi saat yang berarti, mari kita mengingat ketiga hal ini: yaitu, berdoalah, berharaplah, dan bertumbuhlah dalam pengenalan akan Allah. Saat menantikan Roh Kudus, namun juga di sepanjang hidup kita, saat kita menantikan penggenapan janji Tuhan, mari kita menujukan mata hati kita kepada-Nya.
“Aku percaya akan melihat kebaikan TUHAN di negeri orang-orang yang hidup! Nantikanlah TUHAN! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah TUHAN!” (Mzm 27:13-14)