MARI KITA PERGI MENJUMPAINYA
Oleh Romo Herman Yoseph Babey, Pr. 
Kalau kita benar-benar masuk ke dalam kehidupan konkrit manusia, 
banyak dijumpai berbagai sikap manusia yang dibangun bersama untuk 
mengungkapkan relasi cinta. Sepertinya manusia berlomba-lomba dalam 
mengungkapkan cinta kepada sesamanya, bahkan ada juga arti cinta yang 
sepertinya tidak ada kata yang tepat untuk melukiskannya. Di tengah 
maraknya situasi hidup manusia seperti ini, hadir sisi lain dari 
kehidupan manusia yang berseberangan dengan relasi cinta. Manusia 
berjuang mempertahankan karakter dirinya yang sarat dengan egoisme dan 
kekelaman sikap. Sebut saja kesombongan, iri hati, dendam, amarah, sulit
 mengampuni, berprasangka buruk dan  merencanakan kehancuran hidup 
sesamanya. Dua sisi kehidupan manusia ini selalu menyertai perjalanan 
hidup manusia pada setiap tingkat kehidupan.
Perayaan Epifani, Tuhan menampakan diri kepada para sarjana (orang 
Majus) dari Timur, menggambarkan suasana kegembiraan bagi hidup manusia.
 Melalui peristiwa ini kita diajak untuk melihat kehadiran Allah yang 
penuh kasih dan mau menyapa setiap manusia yang berkehendak baik dalam 
kesehariannya. Lewat peristiwa ini, kita dapat menyaksikan pengalaman 
para sarjana dari Timur yang sementara berjuang membangun relasi cinta 
dengan Tuhan. Mereka adalah orang-orang yang percaya akan kebaikan Allah
 dan mempunyai kehendak baik dalam hatinya. Karena itu dengan perjalanan
 yang melelahkan, dengan semangat berkobar, mereka mencari Tuhan.
Relasi kasih dan sikap hidup yang dibangun oleh para sarjana ini 
sangat bertolak belakang dengan apa yang sementara dibangun oleh Herodes
 sebagai seorang raja. Karena takut dan cemas, bahwa kedudukannya akan 
digeser oleh raja yang lain, Herodes mengembangkan relasi dan sikap 
palsu dalam dirinya. Dengan pura-pura ingin menyembah Yesus, Herodes 
kelihatan juga mulai sibuk mencari tahu di mana tempat Yesus, raja baru 
dilahirkan. Herodes yang hidupnya dipenuhi dengan sejumlah sikap 
negatip; sombong, iri hati dan cepat marah, mulai merencanakan 
kemungkinan melenyapkan kehidupan Yesus sesegera mungkin untuk 
mengamankan posisi dirinya.
Saudarku terkasih, hidup yang berkualitas di hadapan Allah dan sesama
 tidak ditunjukkan dengan sejumlah pangkat, jabatan dan kedudukan yang 
kita miliki, tetapi oleh keterbukaan hati untuk mempersilakan Allah 
berkarya dalam diri kita, dan oleh berkemauan baik untuk membangun 
relasi kasih dengan Allah dan dengan sesama. Cara hidup seperti ini 
ditandai dengan sikap kerendahan hati untuk selalu mencari dan berjumpa 
dengan Tuhan, dan menjadikan hidup kita sebagai ungkapan syukur dan 
persembahan yang harum mewangi atas KasihNya. Allah sangat mencintai 
kita dengan menyerahkan AnakNya yang tunggal, supaya kita yang percaya 
kepadaNya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal.
Saudaraku! Apakah saat ini kita merasakan suatu situasi yang tenang, 
situasi yang hening, situasi yang sangat pantas untuk merenung dan 
melihat betapa besar kasih Allah atas hidup kita? Ambillah waktu untuk 
merenung, lihatlah KasihNya. Raihlah kasih Allah dan tempatkanlah segera
 dalam hati kita, lalu pancarkan kasih Allah yang sama kepada sesama 
kita. Dengan cara hidup seperti ini, kita mengalami peristiwa penampakan
 Tuhan dalam keseharian kita. Tuhan memberkati!
Welcome to this visit website!
Ini adalah yang sedang ramai dibicarakan secara langsung oleh orang orang yang berada di Internet. Termasuk juga aktifitas yang sering dilakukan, dan ini selalu berubah setiap saat. Klik di kata manapun untuk melihat yang paling sering di tulis dibawah masing masing pengait katanya (tags) atau kategorinya. Ini Adalah Layanan Catan Harian HIPMAKADEJA Dekenat Jayawijaya Keuskupan Jayapura Santo Theresia Avilla Jawa Timur Indonesia




