1. Mat 23:24 – Lalat atau Nyamuk?

Terjemahan mana yang benar dalam Mat 23:24: lalat atau nyamuk? Kalau terjemahannya berbeda-beda, maka bukankah otentisitas dari Kitab Suci dapat dipertanyakan? Mari kita menganalisanya secara lebih mendalam. Dalam Mat 23:24 dituliskan sebagai berikut:
bahasa indonesia sehari-hari : Kalian pemimpin-pemimpin yang buta! LALAT dalam minumanmu kalian saring, padahal unta kalian telan!
terjemahan baru: Hai kamu pemimpin-pemimpin buta, NYAMUK kamu tapiskan dari dalam minumanmu, tetapi unta yang di dalamnya kamu telan.
Untuk menjawab pertanyaan ini, maka dua prinsip harus kita lihat, yaitu: (1) gaya bahasa yang digunakan dan (2) dari bahasa asli.
Dalam menginterpretasikan Kitab Suci, kita harus memperhatikan gaya bahasa. Tentang hal ini telah dibahas di sini – silakan klik. Dari ayat tersebut, kita tahu bahwa gaya bahasa yang dipergunakan adalah gaya bahasa hyperbolisme. Bahasa ini ingin memberikan penekanan efek yang besar, sehingga dapat memberikan impresi yang kuat kepada pembaca. Kita tahu bahwa semua orang tidak menelan nyamuk, lalat, atau unta, sehingga ayat tersebut tidak dapat diartikan secara literal.
Alasan yang kedua adalah dengan melihat bahasa asli dari kata “lalat” atau “nyamuk” yang digunakan, yaitu: κώνωψ
kṓnōps; gen. kṓnōpos, masc., fem. noun. A gnat, mosquito. Dalam bahasa Inggris diterjemahkan sebagai “gnat” seperti NASB menterjemahkan “You blind guides, who strain out a gnat and swallow a camel” (Mat 23:24). Kalau kita melihat kata “gnat” ini, maka artinya adalah:
Webster: GNAT, n. nat. A small insect, or rather a genus of insects, the Culex, whose long cylindric body is composed of eight rings. They have six legs and their mouth is formed by a flexible sheath, inclosing bristles pointed like stings. The sting is a tube containing five or six spicula of exquisite fineness, dentated or edged. The most troublesome of this genus is the musketoe.
Wikipedia: A gnat ( /ˈnæt/) is any of many species of tiny flying insects in the Dipterid suborder Nematocera, especially those in the families Mycetophilidae, Anisopodidae and Sciaridae…..
Jadi, dari webster dan wikipedia, kita dapat melihat bahwa secara prinsip gnat adalah serangga kecil yang dapat terbang, yang dapat berarti nyamuk maupun lalat.
Dengan demikian, tidak ada pertentangan antara dua terjemahan tersebut. Dan sungguh salah kalau disimpulkan bahwa dua perbedaan terjemahan tersebut dapat menunjukkan bahwa Kitab Suci tidaklah akurat. Terjemahan “lalat” maupun “nyamuk” juga tidak mengubah arti yang ingin disampaikan, yaitu: serangga kecil terlihat, namun binatang sebesar unta justru tidak terlihat.

2. Kej 35:10 dan Kej 46:2, tentang nama Yakub dan Israel

Dikatakan di Kej 35:10 bahwa Tuhan sudah mengganti nama Yakub menjadi Israel, namun di perikop Kej 46:2, Allah masih memanggilnya Yakub. Untuk memahami hal ini kita melihat kepada ayat-ayat lainnya dalam Kitab Suci sebagai berikut:
Pemberian nama oleh Allah kepada seseorang yang dicatat dalam Kitab Suci umumnya berkaitan dengan makna tertentu yang lebih besar maknanya daripada namanya yang terdahulu. Namun bukan berarti namanya yang dulu tidak boleh disebut kembali. Kita melihat bahwa terhadap Rasul Petrus, Kristus juga sudah memberi nama Kefas (Petrus) kepada Simon pada saat Kristus mengatakan akan mendirikan Gereja-Nya (Mat 16:18-19), namun sebelum kenaikan-Nya ke surga, Ia tetap memanggil Petrus dengan sebutan Simon (lih. Yoh 21:15-19). Maka kita melihat di sini, bahwa pemberian nama berkaitan dengan misi yang diberikan, dan memang setelah Gereja resmi berdiri di hari Pentakosta, maka nama Simon tidak lagi digunakan, namun Petrus atau Kefas (lih. Kis 2 dst).
Demikian pula pada Yakub. Menurut Haydock’s Catholic Commentary on Holy Scripture,  Allah memberi Yakub nama yang baru, yaitu: Israel, yang artinya pangeran Tuhan (menurut St. Hieronimus, q. Heb,) atau seorang yang berdiri tegak dan menang di hadapan Tuhan, rectus Dei, yisrael (Haydock) — Atau orang-orang menerjemahkannya, sebagai seorang manusia yang melihat Tuhan, aiss-rae-al.  (Philo, &c.).
Maka Kitab Suci menunjukkan bahwa kedua nama tersebut, Yakub dan Israel, ditulis berganti-gantian, sebab mengacu kepada orang yang sama. Setelah Yakub diberi nama baru, Israel, pada Kej 35:10, namun pada awal perikop berikutnya Kej 35:22b, nama Yakub kembali disebut, “Adapun anak-anak lelaki Yakub dua belas orang banyaknya.” Maka “namamu bukan lagi Yakub melainkan Israel” artinya adalah bahwa nama Yakub kini bukan lagi mengacu kepada dirinya sendiri saja tetapi juga kelak kepada Israel, nama bangsa yang berasal dari keturunannya yang dipilih oleh Tuhan.
Sekarang mari kita lihat Kej 46 tersebut, di mana dikatakan Yakub mempersembahkan korban kepada Allah di Bersyeba. Kemungkinan tempat ini adalah tempat yang sama di mana kakeknya, Abraham, menanam pohon tamariska dan memanggil nama Allah (Kej 21:33), dan di mana ayahnya, Ishak, juga mendirikan altar bagi Tuhan (Kej 26:24-25). Maka Allah memanggilnya dengan nama Yakub, sebab kepada Yakublah ayahnya Israel memberikan berkat (Kej 27:27-29). Dan kepada Yakub yang sama inilah Allah kemudian melanjutkan janji-Nya. Sebab sekitar 40 tahun sebelumnya Allah berbicara kepada Yakub melalui mimpi, ketika Yakub hendak meninggalkan Tanah Terjanji, berangkat dari Bersyeba (Kej 28:12-17). Kini ketika ia hendak meninggalkan tanah itu lagi, Tuhan memberikan janji-Nya kembali melalui mimpi. Yakub diingatkan akan siapa dirinya sebelum menerima janji Tuhan, dan bahwa Allah akan membuatnya menjadi bangsa yang besar (Kej 46:3), yang disebut Israel, yang akan berdiam di tanah Mesir (lih Kej 46:7). Dan kemudian di ayat berikutnya disebutkan nama-nama bani Israel tersebut.

3. Perbedaan Kis 9:7 dan Kis 22:9

Di Kis 9:7 dikatakan bahwa teman seperjalanan Rasul Paulus ‘mendengar tapi tidak melihat’, sedangkan dalam Kis 22:9 dikatakan bahwa mereka ‘melihat cahaya tetapi tidak mendengar’
Mari kita melihat teks lengkapnya:
Kis 9:7, “Maka termangu-mangulah teman-teman seperjalanan, karena mereka memang mendengar suara itu, tetapi tidak melihat seorang juga pun”
Kis 22:9, “Dan mereka yang menyertai aku [Paulus], memang melihat cahaya itu, tetapi suara Dia, yang berkata kepadaku, tidak mereka dengar.”
Menurut keterangan dari buku Haydock’s Commentary on Holy Scripture, tentang kedua ayat tersebut dikatakan bahwa kemungkinan yang didengar oleh para pengantar Rasul Paulus adalah hanya suara Rasul Paulus yang bicara, ataupun adanya suara yang tak jelas yang tak dapat mereka pahami, sehingga dikatakan, bahwa mereka mendengar suara (Kis 9:7), namun tidak mendengar suara Tuhan yang berkata kepada Rasul Paulus (lih. Kis 22:9). Di samping itu mereka juga melihat cahaya (Kis 22:9), namun tidak melihat seorangpun (lih. Kis 9:7).

4. Perbedaan 2 Sam 24:13: dengan 1 Taw 21:11-12: 7 tahun atau 3 tahun?

Perbedaan 2 Samuel 24:13: 7 tahun kelaparan (7 years of famine), sementara di 1 Tawarikh 21:11-12 (1 Chr 21:11-12), hanya 3 tahun kelaparan (3 years famine).
Demikianlah penjelasan yang dirangkum dari Haydock Catholic Commentary Bible dan A Catholic Commentary on Holy Scriptures :
Salinan teks dalam bahasa Ibrani menyebutkan tujuh tahun, sedangkan salinan teks Septuaginta dan beberapa salinan Arab menyebutkan tiga tahun. ‘Tiga’ tahun (angka tiga) nampaknya lebih sesuai dengan rangkaian angka tiga yang terkait dengan pernyataan hukuman lainnya. …Gad -nabi yang mengunjungi Daud- dapat saja awalnya menyebut tujuh tahun kelaparan, namun kemudian menguranginya menjadi tiga tahun…. Atau, bahwa Tuhan memberikan tiga tahun hukuman bagi Raja Daud untuk rasa ingin tahunya akan kekuatan kerajaannya (sebab penghitungan sensus berkaitan dengan pajak yang artinya juga adalah kekayaan bagi kerajaan); dan masa tiga tahun hukuman ini, dengan masa tiga tahun kelaparan yang saat itu memang sudah terjadi (lih. 2 Sam 21:1) mengakibatkan pada tahun ketujuh, atau tahun sabatikal, tidak ada yang dapat dipanen. Sehingga masa kelaparan total yang ditawarkan oleh Gad adalah tujuh tahun. Dengan demikian, baik angka tiga tahun maupun tujuh tahun adalah sama-sama benar, dilihat dari manakah permulaan penghitungannya.
Jika terjemahan LAI kemudian menyamakan ’3 tahun’ (dengan mengacu kepada salinan teks Septuaginta dan Arab) dalam terjemahan 1976 untuk ayat 2 Samuel 24:13 dan 1 Tawarikh 21:11-12, tidak mengubah kenyataan bahwa memang terdapat dua jenis teks dalam salinan Kitab Suci, namun hal ini tidaklah menjadi permasalahan, sebab kedua pernyataan tersebut, tergantung dari manakah permulaan penghitungannya, tetaplah menyampaikan kebenaran. Di atas semua itu, yang terpenting ditangkap maksud intinya, yaitu bahwa Raja Daud harus menanggung akibat dari kesalahannya.

5. Perbedaan 2 Taw 36:9 dan 2 Raj 24:8: 8 tahun atau 18 tahun?

Pada 2 Tawarikh 36:9 (2 Chronicle 36:9), Yoyakhin menjadi raja pada umur 8 tahun, sementara pada 2 Raja-raja 24:8 (2 Kings 24:8) berumur 18 tahun.
Demikianlah penjelasan yang dirangkum dari Haydock Catholic Commentary Bible:
Ketika Yoyakhin dihubungkan dengan tahta bapanya dalam kerajaan Yehuda, ia berumur delapan tahun, namun setelah ayahnya Yoyakim meninggal dunia, dan ia sendiri memerintah menggantikan ayahnya, Yoyakhin berumur delapan belas tahun (2 Raj  24:8).
Jika dalam terjemahannya LAI menyamakan teks menjadi 18 tahun (atas berdasarkan teks Septuaginta, Syriac dan Arab) juga tidak mengubah kenyataan bahwa jika perbedaan teks tetap dipertahankan, juga kedua teks tersebut dapat sama-sama benar. Sebab dimungkinkan di zaman kerajaan masa itu untuk mengangkat putera mahkota sebelum raja yang berkuasa itu wafat, walaupun sang putera mahkota tersebut baru resmi naik tahta/ memimpin sebagai raja yang berkuasa penuh setelah ayahnya wafat.

6. Perbedaan 2 Sam 24:1 dan 1 Taw 21:1: Tuhan atau Iblis yang menghasut Daud?

Pada 2 Samuel 24:1 dikatakan bahwa Tuhan yang menghasut Daud, tapi pada 1 Tawarikh 21:1, dikatakan bahwa iblislah yang menghasut Daud.
Teks Douay Rheims berdasarkan teks Vulgata, mengatakan, “And the anger of the Lord was again kindled against Israel, and stirred up David among them, saying: Go, number Israel and Juda….” Karena teks mengatakan bahwa murka Tuhan yang – sehingga diterjemahkan sebagai Tuhanlah yang menghasut Daud. Namun ayat ini tidak untuk diinterpretasikan bahwa Tuhanlah yang mendorong Daud untuk berbuat dosa. Sebab yang mendorong manusia [termasuk Daud]untuk melakukan dosa adalah Iblis (1 Taw 21:1). Namun hal itu dapat terjadi sebab Allah mengizinkannya. St. Agustinus menjelaskan bahwa Allah mengizinkan kejahatan itu untuk terjadi, sebab Ia mengetahui bagaimana untuk mendatangkan kebaikan melalui kejadian tersebut [yaitu pertobatan Raja Daud, dan pengajaran yang dapat ditarik melalui peristiwa tersebut].
Pemahaman ini sejalan dengan beberapa ayat dalam Kitab Suci yang menyatakan bahwa “Allah mencobai” Abraham dan Ishak (lih. Ibr 11:7, Ydt 8:26) dan di ayat-ayat yang lain mengatakan bahwa “Allah tidak mencobai siapapun” (lih. Yak 1:13). Sebab, apapun yang terjadi dalam kehidupan manusia (termasuk pencobaan dalam hidup), dapat terjadi karena seizin Tuhan (lih. 1 Kor 10:13).  Selanjutnya, pembahasan tentang hal ini sudah pernah dijabarkan di artikel ini, silakan klik.

7. Perbedaan 2 Sam 10:18 dan 1 Taw 19:18: 700 ekor kuda atau 7000 ekor kuda?

Pada 2 Samuel 10:18 Daud membunuh 700 ekor kuda kereta dan 40.000 orang pasukan berkuda, sementara pada 1 Tawarikh 19:18 justru 7000 ekor kuda kereta dan 40.000 orang pasukan berjalan kaki.
Maka yang dibicarakan di sini adalah kata ֶ”רֶכב (reḵeḇ)”, yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris, “chariots/ charioteers.” Kata “reḵeḇ” ini mengacu kepada kelompok kereta kuda/ chariots seperti pada Kej 50:9, Kel 14:6-7, 9, 17-18, 23, 26, 28), ataupun hanya kepada satu kereta kuda/ chariot, seperti pada 1 Raj 22:35. Kereta kuda ini merupakan salah satu kekuatan tempur di masa kerajaan zaman dulu. Dengan pengertian ini, maka tidaklah menjadi masalah apakah mau dikatakan 700 reḵeḇ, atau 7000 reḵeḇ. Sebab jika ‘reḵeḇ’‘ mau diterjemahkan sebagai satu kereta kuda maka jumlahnya ada 7000, namun jika diterjemahkan sebagai rangkaian kereta kuda yang satu rombongannya terdiri dari sepuluh kuda, maka jumlahnya menjadi 700.
Sedangkan tentang keterangan prajuritnya, tidaklah menjadi masalah jika salah satu teks menyebutkan jumlah prajurit penunggang kuda, dan teks yang lain menyebutkan jumlah prajurit yang berjalan kaki. Sebab sang penulis kedua kitab dapat menuliskan dua hal yang berbeda, walau jumlahnya sama: penulis Kitab Samuel mencatat jumlah prajurit penunggang kuda, sedangkan penulis kitab Twarikh mencatat jumlah pasukan yang berjalan kaki. Kedua teks dapat sama-sama menyampaikan kebenaran, atau jika digabungkan kedua teks itu maka yang dikalahkan adalah 87,000 prajurit Syria, baik yang naik kereta kuda, maupun yang naik kuda (tanpa kereta) maupun yang prajurit yang berjalan kaki.

8. Perbedaan 2 Taw 9:25 dan 1 Raj 4:26: 4000 kandang atau 40,000 kandang?

Pada 2 Tawarikh 9:25, Raja Salomo mempunyai 4.000 kandang, sementara pada 1 Raja-raja 4:26 ada 40.000 kandang.
Yang dibicarakan di sini adalah kata ֻאְרָוה/ ’urwāh:  yang artinya sebuah kandang yang menampung satu binatang, maupun bangunan kandang besar, yang terdiri dari bilik-bilik kandang. Dalam satu bangunan kandang kuda milik Raja Salomo ini terdapat sepuluh bilik kandang kecil (stalls), satu ruang untuk satu kuda. Maka, jika urwāh diterjemahkan sebagai satu bangunan kandang kuda yang besar, jumlahnya ada 4,000, sedangkan kalau diterjemahkan sebagai bilik kandang yang memuat satu kuda, maka jumlah totalnya ada 40,000.

9. Mat 10:5-6 dengan Mat 19-20: Yesus hanya diutus menyelamatkan bangsa Israel atau seluruh dunia?

Ada pandangan yang menganggap bahwa Yesus hanya diutus kepada bangsa Israel, dengan mengacu kepada ayat Mat 10:5-6 dan Mat 15:24):
“Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria,melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.” (Mat 10:5-6).
“Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.” (Mat 15:24)
Namun di ayat yang lain, jelas Yesus menghendaki agar para muridNya mewartakan Kabar Gembira keselamatan kepada seluruh dunia:
“Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (Mat 28:19-20)
“Lalu Ia berkata kepada mereka: “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum….” (Mrk 16:15-16)
Maka mungkin orang mempertanyakan, mengapa sekilas sepertinya ayat-ayat tersebut bertentangan. Namun ayat-ayat dalam Kitab Suci tidak untuk dipertentangkan dan hendaknya dibaca secara keseluruhan, untuk saling melengkapi dan menjelaskan. Gereja menerima ayat-ayat tersebut dengan penghormatan yang sama, tanpa mengabaikan ayat-ayat tertentu. Di dalam rencana keselamatan-Nya, Allah menjanjikan kepada Bapa Abraham dan para Patriarkh, sebuah perjanjian dan hukum Taurat kepada Nabi Musa, dan mengutus para nabi kepada bangsa Israel yang menjadi bangsa pilihan-Nya. Maka Allah menjanjikan bahwa Mesias akan dilahirkan dari bangsa pilihan-Nya ini, dan melalui bangsa ini seluruh bangsa akan diberkati (lih. Kej 12:3; 26:4; 28:14). Allah akan membangkitkan seorang dari keturunan mereka, dan Allah akan menegakkan tahta kerajaan-nya selama-lamanya (lih. 1Taw 17: 11-14). Inilah yang menjelaskan mengapa Mesias dan Kerajaan Allah diberitakan kepada bangsa Israel terlebih dahulu sebelum kepada bangsa-bangsa lain. Juga karena itulah di awal karya-Nya, Yesus membatasi pewartaan-Nya dan pewartaan para Rasul kepada bangsa Israel, sebelum kemudian memerintahkan mereka untuk mewartakan Injil ke seluruh dunia (lih Mat 28:19-20; Mrk 16:15-16). Demikian pula, para Rasul di awal pemberitaan mereka dan penyebaran Gereja, umumnya mendirikan Gereja di kalangan komunitas Yahudi di kota-kota yang mereka masuki, dan pertama-tama memberitakan Injil kepada mereka, sebelum berpaling kepada bangsa-bangsa lain (lih. Kis 13:46).
St. Thomas Aquinas mengatakan bahwa sudah selayaknya bahwa Yesus pada awalnya melakukan karya publik-Nya kepada orang Yahudi, dengan alasan keadilan (justice) dan perantara (mediation).[1]
1. Konsep keadilan: Adalah adil, kalau Yesus mewartakan kepada orang Yahudi, karena Tuhan sendiri telah menjanjikan kepada orang Yahudi seorang Mesias yang akan menjadi Raja bagi seluruh bangsa dan kerajaan-Nya tidak akan berakhir. Dengan cara ini, sebetulnya tidak ada alasan bagi bangsa Yahudi untuk memprotes Tuhan, karena Tuhan sendiri telah memenuhi janji-Nya kepada bangsa Yahudi, yang terpenuhi dalam diri Yesus Kristus. Yesus adalah Sang Penyelamat yang telah dijanjikan oleh Allah, silakan klik.
2. Konsep Mediation: Menjadi layak bahwa Yesus datang terlebih dahulu untuk bangsa yang telah dipersiapkan 2000 tahun sebelumnya, dan kemudian kepada bangsa-bangsa lain di luar bangsa Yahudi. Karena keselamatan dari seluruh bangsa disebabkan oleh penderitaan, kematian, dan kebangkitan Kristus. Oleh karena itu, setelah Yesus bangkit, Dia mengutus para rasul dan murid untuk mewartakan Kristus ke seluruh dunia  (lih. Mat 28:18-20, lih. juga Mk 16:15-18).
Dengan demikian baik ayat Mat 10:5-6, Mat 15:24, tidak bertentangan dengan Mat 28:19-20, Mrk 16:15-16, sebab Allah memang menghendaki agar semua orang dapat diselamatkan (lih. 1 Tim 2:4), namun caranya adalah dengan terlebih dahulu memilih suatu bangsa pilihan-Nya, agar melalui mereka Sang Penyelamat dalam lahir ke dunia, dan melalui mereka, keselamatan akan mencapai ke seluruh dunia.

10. Mat 27:5-7, dan Kis 1:18: Yudas wafat gantung diri atau jatuh tertelungkup? Siapa yang membeli tanah dari uang perak tersebut?

Kata “membeli” yang dipakai oleh Rasul Matius dalam Injilnya, untuk menjelaskan apa yang dilakukan oleh para imam-imam kepala dengan uang 30 uang perak yang dilemparkan oleh Yudas, adalah ἀγοράζω, agorázō, yaitu hanya mengacu kepada tindakan membeli, namun belum tentu berarti memiliki. “Sesudah berunding mereka [imam-imam kepala] membeli (agorázō) dengan uang itu tanah yang disebut Tanah Tukang Periuk untuk dijadikan tempat pekuburan orang asing.” (lih. Mat 27:7)
Sedangkan dalam Kisah para Rasul, kata yang dipakai di sana adalah κτάομαι, ktáomai, yang berarti memperoleh, memiliki, membeli. “Yudas ini telah membeli (ktáomai) sebidang tanah dengan upah kejahatannya, lalu ia jatuh tertelungkup, dan perutnya terbelah sehingga semua isi perutnya tertumpah ke luar.” Sehingga di sini artinya adalah Yudaslah yang menjadi pemilik dari tanah itu.
Bagaimana ini dijelaskan? Matius mengatakan bahwa para imam melakukan tindakan pembelian tanah itu, tetapi mereka tidak otomatis menjadi pemilik tanah itu. Uang yang mereka gunakan untuk membeli tanah itu adalah uang Yudas, sehingga mereka membeli tanah itu atas nama Yudas, sehingga secara hukum tanah itu adalah milik Yudas. Sebab menurut pemikiran saat itu, pembalian tanah denagn uang darah macam itu adalah najis -bahkan sekarangpun kadang yayasan belas kasih dapat menolak uang sumbangan yang diperoleh dari uang yang diperoleh dari kejahatan. Maka, para imam kepala itu membeli tanah tersebut untuk pekuburan bagi kepentingan bait Allah, untuk menghindari asosiasi kenajisan secara ritual, mereka harus membelinya dengan nama Yudas Iskariot, yang memperoleh uang darah tersebut. Hak milik dan transaksi ini tercatat secara publik, sehingga ini dapat diketahui oleh Lukas, yang menuliskan Kisah para Rasul, sehingga ia mencatat bahwa Yudas telah membeli/ memiliki tanah itu. Maka ia menggunakan kata ‘ktáomai‘ tersebut, untuk menjelaskan keadaan itu.
Sedangkan Mat 27:5 dan Kis 1:18 tetap dapat sama-sama menjelaskan bagaimana Yudas wafat. Sebab dapat terjadi Yudas menggantung diri, namun entah karena talinya putus atau dahan pohon tempat ia menggantung diri patah, sehingga akhirnya Yudas jatuh tertelungkup dan seluruh isi perutnya tertumpah ke luar. Demikianlah yang dijelaskan dalam A Catholic Commentary on Holy Scripture, ed. Dom Orchard, OSB tentang ayat-ayat tersebut.

11. Yesus membaptis (Yoh 3:22) atau tidak membaptis (Yoh 4:1-2)?

Menurut pengajaran St. Agustinus, kedua pernyataan ini benar, tergantung bagaimana kita mengartikan kata “membaptis”. Sebab Yesus membaptis, dalam artian Ia-lah yang menyucikan [orang yang dibaptis], namun dikatakan Ia tidak membaptis, dalam artian bukan Yesus yang mencelupkan orang itu ke dalam air [melainkan para murid-Nya]. Para murid melayani secara jasmani, namun Kristus menyempunakannya dengan memberikan meterai rohani yang tentangnya Baptisan itu diucapkan. Dengan arti rohani ini, maka dikatakan bahwa Kristus membaptis.

 12. Yesus mengusir roh jahat di Gerasa (Mrk 5: 1-13, Luk 8: 27-33) atau Gadara (Mat 8: 28-32)?

Markus 5: 1-13, Lukas 8: 27-33 dan Matius 8: 28-32: Penyembuhan itu dilakukan di Gerasa (menurut Markus dan Lukas) atau di Gadara (menurut Matius)? Yesus menyembuhkan satu orang (menurut Markus dan Lukas) atau dua orang yang kerasukan setan (menurut Matius)?
Demikianlah penjelasan tentang kedua kota itu[2]:
“Gadara adalah kota tak jauh dari danau Genesaret, salah satu dari sepuluh kota yang disebut Dekapolis. Gergesa (kemungkinan variasi dari kata “Gerasa”) adalah sebuah kota yang terletak 12 mil di sisi tenggara Gadara, dan sekitar 20 mil di timur sungai Yordan. Maka tak ada kontradiksi antara ketiga Injil di sini. Yesus datang ke daerah ini di mana kedua kota terletak, dan salah satu pengarang Injil menyebut kota yang satu dan dan pengarang lainnya menyebut kota lainnya. Terlihat bahwa para pengarang itu tidak setuju dalam hal menekankan kota yang mana, sebab jika ya, tentu mereka sudah menyebutkan nama kota yang sama. Namun hal ini menunjukkan bahwa mereka mengenal daerah tersebut. Tak ada orang yang dapat menulis sedemikian, hanya mereka yang sungguh mengenal fakta-faktanya.”
Maka ketiga pengarang Injil menulis tentang daerah yang sama. Kota Romawi Gerasa adalah kota yang terkenal, yang sudah dikenal oleh kaum Yunani/non-Yahudi, sedangkan Gadara ibukota dari Perea, propinsi Romawi, adalah kota utama dari kesepuluh kota di Dekapolis[3]. Kedekatan antara kedua kota mengakibatkan mereka yang tinggal di Gerasa dapat disebut orang Gadara (Gadarenes). Gambar kapal di koin uang logam kota Gadara kemungkinan menunjukkan bahwa Gadara kemungkinan membentang sampai ke danau Galilea.[4]. Para penulis Injil tersebut memilih untuk mengacu kepada area yang sama, dengan cara yang berbeda.
Namun yang jelas, baik Matius, Markus dan Lukas tidak saling bertentangan saat menyampaikan kejadian ini. Mereka sama-sama mengacu kepada daerah di sekitar danau Galilea. Lagipula area persisnya tempat mukjizat ini terjadi, tidaklah menjadi sepenting pemahaman kita akan kisah kejadian ini, yaitu bahwa Kristus mempunyai kuasa atas dunia spiritual, dan Ia menyatakan kuasanya atas roh jahat tersebut.
Sedangkan apakah Yesus menyembuhkan satu atau dua orang yang kerasukan setan, juga bukanlah suatu pertentangan. Perbedaan serupa juga terjadi dalam penulisan perikop Yesus menyembuhkan seorang atau dua orang yang buta berikut ini.

13. Yesus menyembuhkan satu orang buta (Mrk 10:46-52,Luk 18:35,38) atau dua orang buta (Mat 20:30)?

Matius 20:30 menyebutkan dua orang buta; sedangkan Mrk 10:46-52,Luk 18:35,38 menyebutkan satu orang buta. Kita lihat di sini bahwa Injil yang menyebutkan “seorang” yang disembuhkan, tidak mengatakan bahwa “hanya satu orang/ seorang saja” yang disembuhkan ataupun “hanya ia sendirian saja” yang disembuhkan. Sebab hanya jika Lukas mengatakan demikian, pernyataannya bertentangan dengan kedua penulis Injil yang lain. Namun yang ditulis Lukas adalah kurang lebih demikian: ada seorang buta yang duduk di pinggir jalan, lalu Yesus lewat dan ia mohon disembuhkan, dan Yesus menyembuhkan dia. Maka, penulisan ini tidak bertentangan dengan tulisan kedua Injil lainnya yang menyatakan bahwa yang disembuhkan ada dua orang buta. Sebab dapat terjadi bahwa yang disembuhkan ada dua orang, hanya saja Lukas ataupun Markus menyebutkan satu di antara kedua orang itu, kemungkinan karena telah mengenal/ bertemu dengan orang itu, sehingga menyebutnya secara khusus. Markus bahkan menyebutkan namanya, yaitu Bartimeus. Maka yang disampaikan oleh Markus dan Lukas adalah: ada orang buta itu duduk di pinggir jalan, lalu Yesus lewat. Orang buta itu mohon belas kasihan Yesus, dan kemudian ia memperoleh mukjizat kesembuhan dari Tuhan Yesus. Bahwa orang buta itu tidak sendirian, tidak menjadi masalah, sebab fakta itu tidak mengubah kebenaran bahwa orang buta itu (yang bernama Bartimeus) duduk di pinggir jalan, memohon kepada Tuhan Yesus, dan kemudian menerima kesembuhan dari Tuhan Yesus.

14. Berapa jumlah keledai yang digunakan Yesus memasuki Yerusalem? (Mrk 11:2; Luk 19:30: seekor; Mat 21:2: dua ekor)

Injil Markus dan Lukas menyebutkan “seekor keledai muda” (lih. Mrk 11:2; Luk 19:30); sedangkan dalam Injil Matius menyebutkan “seekor keledai betina dan anaknya” (lih. Mat 21:2). Dikatakan dalam Injil Matius, bahwa para murid membawa kedua keledai itu, lalu mengalasinya dengan pakaian mereka, dan Yesuspun naik ke atasnya (lih. Mat 21:7). Manakah yang benar?
Tentang Tuhan Yesus memasuki Yerusalem dengan mengendarai keledai, adalah nubuat Nabi Zakaria, “Bersorak-soraklah dengan nyaring, hai puteri Sion, bersorak-sorailah, hai puteri Yerusalem! Lihat, rajamu datang kepadamu; ia adil dan jaya. Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda” (Za 9:9).
Penjelasan dari The Navarre Bible Commentary menjelaskan, bahwa maksud Rasul Matius adalah bahwa Kristus menaiki anak keledai itu, namun bersamaan dengan itu, Ia juga mengarahkan induknya. Injil Markus dan Lukas hanya memfokuskan kepada masuknya Yesus ke kota suci Yerusalem dengan mengendarai anak keledai (Mrk 11:2; Luk 19:30). Sedangkan Rasul Matius melihat anak keledai dan keledai sebagai penggenapan nubuat Zakaria, di mana keduanya disebutkan…. Para Bapa Gereja mengartikan bahwa keledai merupakan simbol dari bangsa Yahudi, yang telah menanggung beban hukum Taurat. Sedangkan anak keledai yang belum pernah ditunggangi orang, melambangkan bangsa-bangsa non- Yahudi. Yesus memimpin baik bangsa Yahudi maupun bangsa non- Yahudi untuk memasuki Gereja sebagai kota Yerusalem yang baru.
Fr. Cornelius Lapide, seorang Jesuit yang adalah pakar Kitab Suci, menjelaskan, bahwa Kristus menggunakan kedua binatang itu untuk menandai bahwa Ia harus memenangkan baik bangsa Yahudi (yang dilambangkan oleh keledai) maupun bangsa-bangsa non-Yahudi (yang dilambangkan oleh anak keledai), untuk membuat keduanya sebagai satu bangsa. Yesus memasuki Yerusalem dengan menunggangi anak keledai, sebab bangsa-bangsa non Yahudi adalah yang pertama menerima Kristus sebagai Raja mereka, meskipun bangsa Yahudi adalah yang pertama menerima Janji Tuhan. Namun demikian akhirnya sang keledai juga diarahkan Yesus untuk masuk ke kota suci itu, sebab seluruh bangsa Israel juga akan diselamatkan (lih. Rom 11:26) setelah pertobatan mereka.
Demikianlah keterangan untuk memahami penjabaran ketiga Injil tentang keledai yang digunakan Yesus ke Yerusalem.

15. Jika Allah adalah Kasih (1 Yoh4:8), dan kasih tidak cemburu (1 Kor 13:4), mengapa  dikatakan bahwa Allah cemburu (Kel 20:5; Ul 4:24)?

Ada orang bertanya, jika Allah adalah Kasih (1 Yoh 4: 8) dan kasih itu tidak cemburu (1 Kor 13:4), mengapa  dikatakan bahwa Allah itu cemburu (Kel 20:5; Ul 4:24)?
Dalam Kitab Suci, ‘cemburu’ (qi’nah- Ibrani zelos-Yunani) mempunyai akar kata ‘hangat/ panas’. Maka tergantung konteksnya, kata ‘cemburu’ ini dapat digunakan untuk menggambarkan baik suatu perasaan negatif, ataupun positif. Arti negatif dari kata cemburu, mengarah kepada rasa iri hati, curiga, dan inilah konotasi arti yang digunakan dalam 2 Kor 12:20 ataupun Rm 13:13. Rasul Paulus mengkhawatirkan adanya “perselisihan dan iri hati…./ quarelling and jealousy (RSV) dalam jemaat. Namun Rasul Paulus menggunakan kata yang sama ini, zeloo, ‘earnestly desire’/ ‘berusahalah untuk memperoleh’, yaitu untuk memperoleh karunia-karunia rohani (lih. 1Kor 12:31; 14:1,39); di sini disampaikan arti positif dari ‘cemburu’. Demikian pula yang disampaikan dalam 2 Kor 11:2-4:
“Sebab aku cemburu kepada kamu dengan cemburu ilahi. Karena aku telah mempertunangkan kamu kepada satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci kepada Kristus. Tetapi aku takut, kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus, sama seperti Hawa diperdayakan oleh ular itu dengan kelicikannya. Sebab kamu sabar saja, jika ada seorang datang memberitakan Yesus yang lain dari pada yang telah kami beritakan, atau memberikan kepada kamu roh yang lain dari pada yang telah kamu terima atau Injil yang lain dari pada yang telah kamu terima.” (2 Kor 11:2-4)
Di sini ‘cemburu’ mempunyai arti positif, yaitu: mengasihi sedemikian, sehingga menjaga agar jangan sampai yang dikasihi tersesat dan tidak setia. Dalam arti inilah, Allah dikatakan sebagai Allah yang cemburu. Allah tidak cemburu dalam arti iri hati terhadap bangsa Israel, tetapi bahwa Ia begitu mengasihi bangsa Israel dengan kasih yang kuat bagaikan api yang panas, yang tidak menghendaki umat-Nya mendua hati. Maka dikatakan, “Sebab TUHAN, Allahmu, adalah api yang menghanguskan, Allah yang cemburu” (Ul 4:24); sebagai kesimpulan dari nasihat Nabi Musa agar bangsa Israel tidak melupakan perjanjian dengan Allah, dengan menjadi tidak setia (lih. Ul 4:21-23). Di sini Kitab Suci menggambarkan perkawinan rohani antara Allah dengan umat-Nya bagaikan kasih antara suami dan istri. Allah menghendaki agar bangsa Israel hanya menyembah-Nya sebagai Allah yang satu-satunya. Ketidaksetiaan bangsa Israel kepada Allah dengan berpaling kepada para dewa/ berhala, digambarkan dengan kata ‘bersundal’ (lih. Yer 3:6-10). Namun Allah adalah Allah yang tetap setia. Ia menjaga umat-Nya dengan kasih yang ‘cemburu’ dalam arti positif, yang tak ingin bertoleransi dengan kehadiran allah-allah lain di tengah umat-Nya (lih. Kel 20:3-6, Yos 24:24-16,19-20, dst). Arti ‘cemburu’ ilahi yang sedemikian berbeda dengan ‘cemburu’ yang disebutkan oleh Rasul Paulus dalam 1 Kor 13:4. Namun karena akar katanya sama, arti positif dan negatif dari kata tersebut, disampaikan dalam kata yang sama.


CATATAN KAKI:
  1. St. Thomas Aquinas, Summa Theology, III, q.42, a.1 []
  2. lih. Albert Barnes, Notes on the New Testament: Matthew and Mark (Grand Rapids, MI: Baker, 1949), p. 91 []
  3. Robert Lenski C.H, The Interpretation of St. Mark’s Gospel (Minneapolis, MN: Augsburg, 1946), p. 205; James Burton Coffman, Commentary on Mark (Abilene, TX: ACU Press), 1975, p. 85; Ronald F. Youngblood, 1995, New Illustrated Bible Dictionary (Nashville, TN: Nelson), 1995, p. 468 []
  4. J.W McGarvey, The Fourfold Gospel (Cincinnati, OH: Standard), p. 344; John and James Strong McClintock and Strong, Cyclopedia of Biblical, Theological, and Ecclesiastical Literature (Grand Rapids, MI: Baker, 1969), 3: 706 []