Cinta dari Wamena, Film Edukasi HIV/AIDS di Papua
Film untuk Edukasi
"Cinta dari Wamena” adalah film yang dibuat untuk 
tujuan edukasi dan sosialisasi tentang kondisi di Papua. Film ini 
juga eksperimen dalam kampanye mengatasi HIV/AIDS di Papua. Mandy 
Marahiminmengatakan, "Profit bukan tujuan utama pembuatan film ini."
Di Papua, film ini diterima dengan baik. Karena dalam proses 
pengerjaannya didahului dengan survei ke Papua. "Tim kreatif kita pergi 
ke sana dulu dan ngobrol dengan anak-anak muda di Papua. Mengumpulkan 
anekdot-anekdot, cerita-cerita dri mereka, baru dari situ kita bikin 
script," kata Mandy.
"Jadi, ceritanya pun berasal dari orang-orang sana, dari 
anak-anak muda di sana. Itu mungkin yang bikin penerimaan film itu jadi 
sangat baik. Karena mereka merasa sangat dekat dengan filmnya," Kata 
Mandy Marahimin.
Di Papua, film ini ketika diputar bekerja sama dengan Komisi 
Penanggulangan AIDS. Setelah tayang di bioslop, film ini baru bisa 
diakses publik melalui DVD empat bulan lagi.
"Kita sangat senang jika bisa diputar di mana-mana. Bulan 
September dan Oktober, filmnya akan tayang ke beberapa kampus di 
Jabodetabek. Setiap pemutaran, kita kerja sama dengan mahasiswa 
kedokteran. Setelah pemutaram, kita diskusi, karena film ini dibuat 
untuk sosialisasi."
Tiga Pekan Syuting
Persiapan film “Cinta dari Wamena” tidak terlalu lama, 
hanya sebulan. Syutingnya memakan waktu tiga pekan. Dua pekan di Papua, 
satu pekan di Jakarta. "Yang memang lama itu adalah pasca produksinya," 
kata Mandy Marahimin.
Film ini kebanyakan dibintangi para pendatang baru. Mandy Marahimin mengatakan, "Acting aktor-aktrisnya sangat natural, karena mereka belum pernah acting sebelumnya."
"Kita memang bikin pelatihan acting. Dua minggu sebelum syuting, kita ada pelatih teater, dan mereka semua masuk kelas. Jadi kayak sekolah. Trainer-nya juga kebetulan sudah lama di Papua. Jadi, kita nggak mencari jauh-jauh, ada juga di sana."
Tidak Tabu Dibicarakan
Walau HIV/AIDS sesuatu yang sangat sensitif tetapi tidak tabu 
dibicarakan. Dalam pembuatan film, semua sangat lancar. "Orang-orang di 
sana sangat ramah, kita banyak dibantu."
Dokter Ronald Gunawan merupakan  ko-produser sekaligus nara 
sumber. Dia aktivis HIV/AIDS dan sudah belasan tahun tinggal di papua. 
Dia menjadi nara sumber data medis tentang Papua. Kondisi penderita 
HIV/AIDS di Papua menjadi hal terburuk di Indonesia. Termasuk prediksi 
kalau HIV/AIDS di Papua  ini tidak segera ditangani, orang-orang asli 
Papua akan punah dalam 20 tahun.
"Saya memang senang bikin film tidak cuma untuk entertainment. Maunya
 ada sesuatu yang bisa dibawa orang pada saat pulang. Cuman saya belum 
tahu, berikutnya mau bikin film apa. Temanya pasti tidak akan jauh dari 
setelah orang Indonesia menonton itu ada yang bisa direnungkan." kata 
Mandy Marahimin ketika diwawancara.
Dalam film itu, Maximus Itlay sebagai Litius, Benyamin Lagowan 
sebagai Tembi, dan Madonna Marrey sebagai Martha yang merupakan 
pendatang baru dalam film nasional adalah nama-nama pemeran utama “Cinta dari Wamena”. Sementara
 bintang dalam film ini antara lain Amyra Jessica sebagai Enda, Nicholas
 Saputra sebagai Daniel, dan Susan Bachtiar sebagai Maya.
Editor : Sabar Subekti




